EVALUASI
PEMBELAJARAN DENGAN PORTOFOLIO
Irwanto
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam
Negri Surakarta
Irwanto_725@yahoo.com
Abstrak - Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki
siswa, maka diperlukan alat yang dinamakan evaluasi. Ada dua hal yang perlu
dibedakan dalam evaluasi yakni pengukuran dan penilaian. Untuk mengukur secara
benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memiliki
syarat, diantaranya: valid, reliable, dan praktis.Ada beberapa alat ukur,
disamping alat-alat ukur yang subjektif, objektif, dan penampilan, sekarang
sudah dikenal dengan adalanya alat ukur portofolio. Portofolio merupakan
kumplan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang
ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru sebagai bagaian dari usaha
mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam
kurikulum.
I. PENDAHULUAN
Dalam pendidikan, tiga hal berikut harus dikuasai
oleh seorang guru, yaitu kurikulum, proses
pembelajaran, dan sistem penilaiannya. Dan ketiganya harus dikuasai secara
seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru profesional, dengan
akibat gagal mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham
sekali tentang proses
pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta
didik karena “nilai” bagi peserta didik adalah “nasib” baginya. Salah guru menilai
berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didiknya.
Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga
tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan.
Pada pendidikan berbasis kurikulum 2013 setidaknya
ada empat kompetensi yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yaitu
sikap spiritiual, sosial, kognitif serta psikomotorik. Jika kita menginginkan
berhasil dalam pembelajaran, memang keempat kompetensi itu harus tercapai. Karena tujuannya mencapai
kompetensi, bukan menguasai materi
pembelajaran, maka materi yang harus dipelajari tidak selalu sebanyak materi substansial
dari suatu mata pelajaran; harus dipilih materi yang benar-benar berfungsi untuk
mencapai kompetensi yang ditetapkan di jenjang pendidikan tertentu.
Untuk mengetahui tercapai-tidaknya kompetensi itu,
perlu alat yang dinamakan evaluasi. Dalam evaluasi
perlu dibedakan dua hal ini, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian atau
penafsiran (evaluation), atau dua kegiatan ini:
mengukur (measure) dan menilai (evaluate). Pengukuran terjadi apabila
seorang guru dengan soal yang
dibuatnya, atau tugas yang diberikannya meminta siswasiswanya mengerjakan soal
itu, kemudian mengoreksinya, dan memberikan skor atas pekerjaan siswa-siswanya.
Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang
benar harus memenuhi syarat: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis
Banyak sekali jenis
evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa tersebut dalah
satunya adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pendekatan
baru dalam teknik evaluasi pebelajaran. Portofolio dapat diartikan sebagi
kumpulan hasil evidence atau hasil belajar atgau karya peserta didik yang
menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu
kewaktu dan dari suatu mata pelajaran ke mata pelajaran lain.[1]
Portofolio berfungsi
untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam
mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.dalam
praktiknya portofolio berusaha dilandasi empat pilar pendidikan yaitu; learning
to do, learning to know, learning to be, learning to live together.
Berangkat dari
uraian tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai, apa pengertian
penilaian portofolio, fungsi dan tujuan penilaian portofolio, prinsip-prinsip
penilaian portofolio serta proses dalam penilaian portofolio.
II.PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian
Portofolio
Istilah portofolio pertama kali digunakan oleh
kalangan potigrafer dan artis. Melalui portofolio, potografer dapat
memperlihatkan prospektif pekerjaan mereka kepada pelanggan dengan menunjukkan
koleksi pekerjaan yang dimilikinya. Dalam dunia pekerjaan misanya portofolio
dapat dilihat dari kartu menuju sehat (KMS) yang digunakan utuk memantau
perkembangan pertumbuhan bayi dari 0 tahun sampai usia tertentu.
Dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk
melihat perkembangan peserta didik dari waktu kewaktu berdasarkan kumpulan
hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran.portofolio juga
dipandang sebagai suatu proses social pedagogis yaitu sebagai collection of
learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang
berwujud afektiv, kognitiv, maupun psikomotorik. Artinya portofolio bukan hanya
benda nyata, melainkan mencakup segala pengalaman batiniyah pada diri siswa.
Dalam bidang bahasa, poertofolio dapat merupakan suatu adjective yang sering
disandingkan dengan konsep pembelajaran dan penilaian.[2]
Menurut
Soewandi, (2005) arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case
for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau
tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat [dokumen-dokumen] lepas,
gambar-gambar, atau pamflepamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi
hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat
koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa
pun yang telah dicapainya.[3]
Popham (1994)
menjelaskan bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian secara
berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara
sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Dalam
sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masing-masing peserta
didik, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama
mengikuti proses pendidikan. Di dalam file portofolio, guru mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi
siswa, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum.
Selain prestasi akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan
prestasi non akademik, yakni rekaman profilepeserta didik yang meliputi aspek
kerajinan, kerapihan, ketertiban, kejujuran, kemampuan kerjasama, sikap,
solidaritas, toleransi, kedisiplinan, prestasi olah raga, kesenian,
kepramukaan, dan lain-lain.[4]
Pengertian portofolio seperti itu diadopsi ke
dalam sistem pendidikan, dan secara khusus diadopsi menjadi salah satu alat
penilaian, khususnya untuk menilai (1) proses belajar, (2) hasil belajar, atau
(3) proses dan hasil belajar peserta didik Hanya perlu dicatat bahwa penilaian
pembelajaran dengan portofolio tidak boleh meniadakan penilaian dengan
cara-cara lain, misalnya, dengan tes, perbuatan, atau yang lain.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa
penilaian portofolio adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta
didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses
pembelajaran.
Selain dapat
dipergunakan untuk memantau perkembangan peserta didik dan mendiagnosa
kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga sangat bermanfaat bagi guru
untuk menilai kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik
(abilities), dan karakteristik peserta didik secara perorangan. Hal tersebut
penting, karena seharusnya dalam suatu sistem penilaian, eksistensi peserta
didik secara perorangan tidak boleh dieliminasikan sebagaimana yang sering
terjadi dalam tes standar seperti Ebtanas.
B. Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio berfungsi sebagai alat
ukur formatif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk
memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta
didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Penilaian portofolio
ditujukan juga untuk penilaian sumatif pada akhir semester atau akhir tahun
pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan
untuk mengisi angka rapor peserta didik, yang menunjukkan prestasi peserta
didik dalam mata pelajaran tertentu. Fungsi dan tujuan dari penilaian
portofolio adalah sebagai berikut:
Fungsi:
·
Portofolio sebagai
sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan
dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.
·
Portofolio sebagai
alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena potofolio mengharuskan
peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka.
·
Portofolio sebagai
alat penilaian otentik (authentic assessment).
·
Portofolio sebagai
sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assessment.[5]
Tujuan:
·
Menghargai
perkembangan yang dialami peserta didik.
·
Mendokumentasikan
proses pembelajaran yang berlangsung.
·
Memberi perhatian
pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
·
Merefleksikan
kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
·
Meningkatkan
efektifitas proses pengajaran.
·
Bertukar informasi
dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain.
·
Membina dan
mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik.
·
Meningkatkan
kemampuan melakukan refleksi diri.
·
Membantu peserta
didik dalam merumuskan tujuan.[6]
C. Prinsip-Prinsip Penilaian
Portofolio
Dalam penilaian portofolio harus terjadi
interaksi multi arah, yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, dan dari
siswa ke siswa. Dalam pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya memperhatikan
prinsip-prinsip mutual trust, confidentiality, joint ownership, satisfaction,
dan relevance.
1.
Mutual trust (saling
mempercayai), artinya jangan ada saling mencurigai antara
guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Mereka harus sama-sama saling
percaya, saling membutuhkan, saling membantu, terbuka, jujur, dan adil,
sehingga dapat membangun suasana penilaian yang kondusif.
2.
Confidentiality(kerahasiaan
bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik
dan dokumen yang ada, baik perorangan maupun kelompok, harus dijaga
kerahasiaannya, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada siapapun
sebelum diadakan pameran. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang mempunyai
kelemahan tidak merasa dipermalukan.
3.
Joint Ownership (milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada
harus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga
bersama, baik penyimpanannya maupun penempatannya.
4.
Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru
maupun siswa, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta
didik sebagai hasil pembinaan guru.
5.
Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan kompetensi yang
diharapkan.Di samping prinsip-prinsip tersebut di atas, Sumarna
Surapranata dan Muhammad Hattamenambahkan tiga prinsip, yaitu “penciptaan
budaya mengajar, refleksi bersama, serta proses dan hasil”. Penilaian
portofolio hanya dapat dilakukan jika pengajarannyapun menggunakan pendekatan
portofolio. Penilaian portofolio akan efektif jika pengajarannya menuntut
peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang nyata dan menggammbarkan
pengembangan aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai pada taraf yang
lebih tinggi.[7]
D. Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Pada setiap teknik penilaian tentinya
memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai ciri khas masing-masing. Begitu juga
dengan penilaian portofolio. Kelebihan den kekurangannya adalah sebagai
berikut.
Kelebihan:
·
Dapat melihat
pertumbuhandan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu kewaktu
berdasarkan feedback dan refleksi diri.
·
Membantu guru
melakukan penilaian secara aktif, objektif, transparan dan dapat dipertanggung
jawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik dikelas.\
·
Mengajak peserta
didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan,
baik dikelas maupun diluar kelas dalam rangka implementasi program
pembelajaran.
·
Meningkatkan peran
peserta didik secara aktif dalm kegiatan pembelajaran dan penilaian.
·
Memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
·
Membantu guru
mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran.
·
Terlibatnya berbagai
pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam
melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
·
Memungkinkan peserta
didik melakukan penilaian diri (self-assesment) refleksi, dan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis. ( critical thinking)
·
Memungkinkan guru
melakukan penialain secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi
dasar dan indicator terhadap hasil belajaryang ditentukan.
·
Guru dan peserta
didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemampuan
belajar.
·
Dapat digunakan
untuk menilai kelas yng heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang
pandai.
·
Memungkinkan guru
memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik.[8]
Kekurangan:
·
Di beberapa negara banyak guru mengalami
kesulitan karena adanya besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya
masih juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara
menyusun tes yang benar, dan cara menilai hasil tes)
·
Kebiasaan guru yang memberikan tes dalam
penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan ini juga
berlaku bagi sebagian. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan
melaksanakan penilaian dengan portofolio.
·
Penilaian dengan portofolio kurang reliabel
dibandingkan dengan penilaianpenilaian yang menggunakan ulangan harian, ulangan
umum maupun ujian nasional yang menggunakan tes; apalagi penilaian sendiri oleh
siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam portofolio.
·
Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan
hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti penilaian proses tidak
mendapatkan perhatian sewajarnya.
·
Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam
suasana hubungan topdown: guru tahu segalanya dan peserta didik perlu
diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta didik tidak
berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua hal
itu.
·
Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena
selama ini keberhasilan anaknya hanya didasarkan pada angka hasil tes akhir,
peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Padahal penilaian dengan
portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa angka. Bagi
guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.
·
Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat
penyimpanan evidence (dokumen) yang memadai, apalagi jika jumlah peserta
didik cukup besar[9]
E. Tahap-Tahap Penilaian Portofolio
Dalam melaksanakan
penilaian portofolio setidaknya ada enam langkah yang harus dilakukan oleh
evaluator, diantaranya:
1.
Tahap Pertama (menentukan tujuan dari portofolio)
Di
dalam langkah ini guru melakukan kegiatan:
a)
Menentukan
tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau keduan
b) Menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio
digunakan: apakah untuk menunjukkan proses
pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir pembelajaran, atau
pada akhir jenjang pendidikan
c) Menentukan relevansi (kaitan) antara evidence
dan tujuan (kompetensi) yang akan dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian
diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan bersama (kelompok)
d) Menentukan seberapa banyak evidence
yang ada di portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian
e) Menentukan kompetensi (standar, dasar, dan
indikator) apa yang ketercapaiannya hendak dinilai
dengan portofolio
f)
Menentukan
evidence yang dikumpulkan: apakah
hanya karya terbaik, atau pertumbuhan atau
perkembangannya, atau keduany.
g) Menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk
penilaian formatif, atau sumatif, atau keduanya.[10]
2. Tahap Kedua (Menentukan Aspek Isi yang Dinilai)
Di dalam lanagkah ini guru melakukan kegiatan:
a) menentukan hanya karya terbaik siswa,
atau karya yang berisi perkembangan belajarnya.
b) Menentukan pengetahuan, keterampilan,
atau sikap apa yang menjadi aspek utama untuk dinilai
c) Menentukan banyaknya evidence yang
akan digunakan sebagai bahan
penilaian.[11]
penilaian.[11]
3. Tahap Ketiga
(Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio)
Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan:
a) Menentukan bentuk portofolio, seperti
daftar isi dokumen, isi dokumen, batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen
(misalnya dengan kertas berwarna sebagai pembatas), dan catatan guru dan orang
tua.
b) menentukan jenis isi dokumen, maksudnya,
menentukan kompetensi dasar dan indikator apa yang harus dicapai dalam wujud evidence
(yang mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)
c)
memberikan catatan/komentar/nilai
terhadap setiap evidence oleh guru/orang tua.
d) menentukan apa yang harus ada dalam
daftar isi portofolio
e) menentukan definisi tiap-tiap kategori
atau jenis satuan isi dokumen[12]
4. Tahap Keempat (Menentukan Penggunaan Portofolio)
Langkah ini guru melakukan kegiatan:
a) Menentukan penggunaannya: apakah untuk
siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala sekolah, guru lain, dan siswa lain
b) Menentukan pembobotan nilai portofolio
terhadap komponen penilaian lain dalam rangka penentuan nilai akhir/rapor.[13]
5. Tahap Kelima (Menentukan Cara Menilai Portofolio)
Langkah ini guru melakukan kegiatan
a) Menentukan pedoman (rubrik) penskoran
untuk setiap isi portofolio
b) Menentukan penilaiannya oleh guru sendiri
atau guru dan siswa
c) Menentukan pembuatan rubrik (pedoman
penilaian secara rinci) lebih[14]
6. Tahap keenam (Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik)
Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai
portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja dalam keseluruhan penilaian,
atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru membuat persiapan
sebagai berikut.
a) Menentukan maksud portofolio: guru
menetapkan apakah untuk menilai
karya terbaik, atau menilai kemajuan siswa
karya terbaik, atau menilai kemajuan siswa
b) Menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau
menyesuaikan tugas dengan
tujuan mata pelajaran (kompetensi dan indikatornya)
tujuan mata pelajaran (kompetensi dan indikatornya)
c) Menentukan indikasi: guru menentukan
butir-butir apa yang harus terdapat
dalam portofolio
dalam portofolio
d) Menentukan format portofolio
e) Menentukan pembatasan kuantitas,
maksudnya panjang portofolio perlu
dibatasi supaya tidak menjadi beban guru
dibatasi supaya tidak menjadi beban guru
f) Menentukan rubrik (pedoman penskoran)[15]
III.
KESIMPULAN
Dari penjabaran
diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah adalah penilaian untuk mengetahui
perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama
kegiatan proses pembelajaran. Fungsi dari porto folio ini adalah sebagai alat untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik,
tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan proses
pembelajaran, sedangkan tujuannya adalah, Menghargai perkembangan yang dialami
peserta didik, mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung, memberi
perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik, meningkatkan
efektifitas proses pengajaran, dll.
Prinsip-prinsip dari
penilaian portofolio ini diantaranya, Mutual trust (saling mempercayai), Confidentiality (kerahasiaan bersama), Joint Ownership (milik bersama), Satisfaction (kepuasan), serta Relevance
(kesesuaian). Adapun tahap-tahap dalam penilaian portofolio setidaknya ada
enam tahap, diantaranya menentukan tujuan dari portofolio, Menentukan Aspek Isi yang Dinilai, Menentukan Bentuk, Susunan, atau
Organisasi Portofolio, Menentukan Penggunaan Portofolio, Menentukan Cara
Menilai Portofolio, serta Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik.
DAFTAR PUSTAKA
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006, Penilaian
Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya
Soewandi, A.M. slamet. “Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal.
(hal 197-209). Universitas Sanata darma.
Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio” (online) http://hariantoat-takalary-.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)
[1] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio:
Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006). Hal, 27-28
[2] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran.
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) hal 197
[3] A.M. slamet soewandi. “Penilaian dengan Portofolio”.
Jurnal. Universitas Sanata darma. hal 197-209
[4] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….,hal.
198
[5] Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio”
(online) http://hariantoat-takalary.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)
[6] Sumarna Surapranata dan
Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 76
[7] Zaenal Arifin. Evaluasi Pembelajaran………..,hal.
204
[8] Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio”
(online) http://hariantoat-takalary.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)
[9] Sumarna Surapranata dan
Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 73-74
[10] Sumarna Surapranata dan
Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal 75
[11] Ibid,.
[12] Ibid,.
[13] Ibid, hal. 76
[14] Sumarna Surapranata dan
Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 76
[15] Ibid,.
No comments:
Post a Comment