Friday, 13 January 2017

EVALUASI PEMBELAJARAN DENGAN PORTOFOLIO



EVALUASI PEMBELAJARAN DENGAN PORTOFOLIO

Irwanto
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negri Surakarta
Irwanto_725@yahoo.com

Abstrak - Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa, maka diperlukan alat yang dinamakan evaluasi. Ada dua hal yang perlu dibedakan dalam evaluasi yakni pengukuran dan penilaian. Untuk mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memiliki syarat, diantaranya: valid, reliable, dan praktis.Ada beberapa alat ukur, disamping alat-alat ukur yang subjektif, objektif, dan penampilan, sekarang sudah dikenal dengan adalanya alat ukur portofolio. Portofolio merupakan kumplan karya seorang siswa sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru sebagai bagaian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum.

I.  PENDAHULUAN
Dalam pendidikan, tiga hal berikut harus dikuasai oleh seorang guru, yaitu kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem penilaiannya. Dan ketiganya harus dikuasai secara seimbang. Lemah dalam salah satu hal, lemah juga sebagai seorang guru profesional, dengan akibat gagal mencapai output dan outcome yang diharapkan. Paham sekali tentang kurikulum, juga paham sekali tentang proses pembelajaran, tetapi lemah pemahamannya dalam penilaian, berakibat fatal bagi peserta didik karena “nilai” bagi peserta didik adalah “nasib” baginya. Salah guru menilai berarti menjatuhkan vonis yang tidak semestinya kepada anak didiknya. Sebaliknya, takut menilai apa adanya juga menjatuhkan vonis buruk kepada mereka, juga tidak memberikan gambaran yang benar kepada pengguna lulusan.
Pada pendidikan berbasis kurikulum 2013 setidaknya ada empat kompetensi yang harus dicapai siswa dalam proses pembelajaran, yaitu sikap spiritiual, sosial, kognitif serta psikomotorik. Jika kita menginginkan berhasil dalam pembelajaran, memang keempat kompetensi itu harus tercapai. Karena tujuannya mencapai kompetensi, bukan menguasai materi pembelajaran, maka materi yang harus dipelajari tidak selalu sebanyak materi substansial dari suatu mata pelajaran; harus dipilih materi yang benar-benar berfungsi untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan di jenjang pendidikan tertentu.
Untuk mengetahui tercapai-tidaknya kompetensi itu, perlu alat yang dinamakan evaluasi. Dalam evaluasi perlu dibedakan dua hal ini, yaitu pengukuran (measurement) dan penilaian atau penafsiran (evaluation), atau dua kegiatan ini: mengukur (measure) dan menilai (evaluate). Pengukuran terjadi apabila seorang guru dengan soal yang dibuatnya, atau tugas yang diberikannya meminta siswasiswanya mengerjakan soal itu, kemudian mengoreksinya, dan memberikan skor atas pekerjaan siswa-siswanya. Untuk dapat mengukur secara benar, perlu alat ukur yang benar pula. Alat ukur yang benar harus memenuhi syarat: sahih (valid), ajeg (reliabel), dan praktis
Banyak sekali jenis evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur kompetensi siswa tersebut dalah satunya adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pendekatan baru dalam teknik evaluasi pebelajaran. Portofolio dapat diartikan sebagi kumpulan hasil evidence atau hasil belajar atgau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar peserta didik dari waktu kewaktu dan dari suatu mata pelajaran ke mata pelajaran lain.[1]
Portofolio berfungsi untuk mengetahui perkembangan pengetahuan peserta didik dan kemampuan dalam mata pelajaran tertentu, serta pertumbuhan kemampuan peserta didik.dalam praktiknya portofolio berusaha dilandasi empat pilar pendidikan yaitu; learning to do, learning to know, learning to be, learning to live together.
Berangkat dari uraian tersebut, dalam tulisan ini akan dibahas mengenai, apa pengertian penilaian portofolio, fungsi dan tujuan penilaian portofolio, prinsip-prinsip penilaian portofolio serta proses dalam penilaian portofolio.


II.PEMBAHASAN
A.     Pengertian Penilaian Portofolio
Istilah portofolio pertama kali digunakan oleh kalangan potigrafer dan artis. Melalui portofolio, potografer dapat memperlihatkan prospektif pekerjaan mereka kepada pelanggan dengan menunjukkan koleksi pekerjaan yang dimilikinya. Dalam dunia pekerjaan misanya portofolio dapat dilihat dari kartu menuju sehat (KMS) yang digunakan utuk memantau perkembangan pertumbuhan bayi dari 0 tahun sampai usia tertentu.
Dalam dunia pendidikan dapat digunakan untuk melihat perkembangan peserta didik dari waktu kewaktu berdasarkan kumpulan hasil karya sebagai bukti dari suatu kegiatan pembelajaran.portofolio juga dipandang sebagai suatu proses social pedagogis yaitu sebagai collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud afektiv, kognitiv, maupun psikomotorik. Artinya portofolio bukan hanya benda nyata, melainkan mencakup segala pengalaman batiniyah pada diri siswa. Dalam bidang bahasa, poertofolio dapat merupakan suatu adjective yang sering disandingkan dengan konsep pembelajaran dan penilaian.[2]
 Menurut Soewandi, (2005) arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat [dokumen-dokumen] lepas, gambar-gambar, atau pamflepamfet lepas). Jadi, portofolio berupa suatu koleksi hasil kerja seseorang yang berupa kumpulan dokumen secara lepas. Dengan melihat koleksi itu, seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apa pun yang telah dicapainya.[3]
Popham (1994) menjelaskan bahwa penilaian portofolio merupakan penilaian secara berkesinambungan dengan metode pengumpulan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Dalam sistem penilaian portofolio, guru membuat file untuk masing-masing peserta didik, berisi kumpulan sistematis atas hasil prestasi belajar mereka selama mengikuti proses pendidikan. Di dalam file portofolio, guru  mengumpulkan bukti fisik dan catatan prestasi siswa, seperti hasil ulangan, hasil tugas mandiri, serta hasil praktikum. Selain prestasi akademik, isi file juga dapat dielaborasi dengan lembar catatan prestasi non akademik, yakni rekaman profilepeserta didik yang meliputi aspek kerajinan, kerapihan, ketertiban, kejujuran, kemampuan kerjasama, sikap, solidaritas, toleransi, kedisiplinan, prestasi olah raga, kesenian, kepramukaan, dan lain-lain.[4]
Pengertian portofolio seperti itu diadopsi ke dalam sistem pendidikan, dan secara khusus diadopsi menjadi salah satu alat penilaian, khususnya untuk menilai (1) proses belajar, (2) hasil belajar, atau (3) proses dan hasil belajar peserta didik Hanya perlu dicatat bahwa penilaian pembelajaran dengan portofolio tidak boleh meniadakan penilaian dengan cara-cara lain, misalnya, dengan tes, perbuatan, atau yang lain.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran.
Selain dapat dipergunakan untuk memantau perkembangan peserta didik dan mendiagnosa kesulitan belajar mereka, penilaian portofolio juga sangat bermanfaat bagi guru untuk menilai kebutuhan (need), minat (interest), kemampuan akademik (abilities), dan karakteristik peserta didik secara perorangan. Hal tersebut penting, karena seharusnya dalam suatu sistem penilaian, eksistensi peserta didik secara perorangan tidak boleh dieliminasikan sebagaimana yang sering terjadi dalam tes standar seperti Ebtanas.

B.    Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio berfungsi sebagai alat ukur formatif maupun sumatif. Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajaran mereka sendiri. Penilaian portofolio ditujukan juga untuk penilaian sumatif pada akhir semester atau akhir tahun pelajaran. Hasil penilaian portofolio sebagai alat sumatif ini dapat digunakan untuk mengisi angka rapor peserta didik, yang menunjukkan prestasi peserta didik dalam mata pelajaran tertentu. Fungsi dan tujuan dari penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
Fungsi:
·         Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran.
·         Portofolio sebagai alat pengajaran merupakan komponen kurikulum, karena potofolio mengharuskan peserta didik untuk mengoleksi dan menunjukkan hasil kerja mereka.
·         Portofolio sebagai alat penilaian otentik (authentic assessment).
·         Portofolio sebagai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self-assessment.[5]

Tujuan:
·         Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik.
·         Mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung.
·         Memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik.
·         Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
·         Meningkatkan efektifitas proses pengajaran.
·         Bertukar informasi dengan orang tua/wali peserta didik dan guru lain.
·         Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep diri positif pada peserta didik.
·         Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri.
·         Membantu peserta didik dalam merumuskan tujuan.[6]

C.    Prinsip-Prinsip Penilaian Portofolio
Dalam penilaian portofolio harus terjadi interaksi multi arah, yaitu dari guru ke siswa, dari siswa ke guru, dan dari siswa ke siswa. Dalam pelaksanaan penilaian portofolio hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip mutual trust, confidentiality, joint ownership, satisfaction, dan relevance.
1.     Mutual trust (saling mempercayai), artinya jangan ada saling mencurigai antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Mereka harus sama-sama saling percaya, saling membutuhkan, saling membantu, terbuka, jujur, dan adil, sehingga dapat membangun suasana penilaian yang kondusif.
2.     Confidentiality(kerahasiaan bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada, baik perorangan maupun kelompok, harus dijaga kerahasiaannya, tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada siapapun sebelum diadakan pameran. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang mempunyai kelemahan tidak merasa dipermalukan.
3.     Joint Ownership (milik bersama), artinya semua hasil pekerjaan peserta didik dan dokumen yang ada harus menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik, karena itu harus dijaga bersama, baik penyimpanannya maupun penempatannya.
4.     Satisfaction (kepuasan), artinya semua dokumen dalam rangka pencapaian standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator harus dapat memuaskan semua pihak, baik guru maupun siswa, karena dokumen tersebut merupakan bukti karya terbaik peserta didik sebagai hasil pembinaan guru.
5.     Relevance (kesesuaian), artinya dokumen yang ada harus sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.Di samping prinsip-prinsip tersebut di atas, Sumarna Surapranata dan Muhammad Hattamenambahkan tiga prinsip, yaitu “penciptaan budaya mengajar, refleksi bersama, serta proses dan hasil”. Penilaian portofolio hanya dapat dilakukan jika pengajarannyapun menggunakan pendekatan portofolio. Penilaian portofolio akan efektif jika pengajarannya menuntut peserta didik untuk menunjukkan kemampuan yang nyata dan menggammbarkan pengembangan aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai pada taraf yang lebih tinggi.[7]

D.    Kelebihan dan Kekurangan Penilaian Portofolio
Pada setiap teknik penilaian tentinya memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai ciri khas masing-masing. Begitu juga dengan penilaian portofolio. Kelebihan den kekurangannya adalah sebagai berikut.
Kelebihan:
·         Dapat melihat pertumbuhandan perkembangan kemampuan peserta didik dari waktu kewaktu berdasarkan feedback dan refleksi diri.
·         Membantu guru melakukan penilaian secara aktif, objektif, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa mengurangi kreatifitas peserta didik dikelas.\
·         Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan, baik dikelas maupun diluar kelas dalam rangka implementasi program pembelajaran.
·         Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalm kegiatan pembelajaran dan penilaian.
·         Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan kemampuan mereka.
·         Membantu guru mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pembelajaran.
·         Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan peserta didik.
·         Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri (self-assesment) refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. ( critical thinking)
·         Memungkinkan guru melakukan penialain secara fleksibel, tetapi tetap mengacu pada kompetensi dasar dan indicator terhadap hasil belajaryang ditentukan.
·         Guru dan peserta didik sama-sama bertanggung jawab untuk merancang dan menilai kemampuan belajar.
·         Dapat digunakan untuk menilai kelas yng heterogen antara peserta didik yang pandai dan kurang pandai.
·         Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha belajar peserta didik.[8]
Kekurangan:
·         Di beberapa negara banyak guru mengalami kesulitan karena adanya besar guru-guru di Indonesia. Tambahan lagi, kiranya masih juga diragukan apakah benar-benar mereka memahami hakikat tes, cara menyusun tes yang benar, dan cara menilai hasil tes)
·         Kebiasaan guru yang memberikan tes dalam penilaian, dan kebiasaan ini mendarah daging. (Nampaknya keadaan ini juga berlaku bagi sebagian. Guru memerlukan waktu ekstra untuk merencanakan dan melaksanakan penilaian dengan portofolio.
·         Penilaian dengan portofolio kurang reliabel dibandingkan dengan penilaianpenilaian yang menggunakan ulangan harian, ulangan umum maupun ujian nasional yang menggunakan tes; apalagi penilaian sendiri oleh siswa (self-assessment) seperti yang dianjurkan dalam portofolio.
·         Guru memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir. Jika hal ini terjadi, berarti penilaian proses tidak mendapatkan perhatian sewajarnya.
·         Guru dan peserta didik biasanya terjebak dalam suasana hubungan topdown: guru tahu segalanya dan peserta didik perlu diberi tahu. Jika demikian, inisiatif dan kreativitas peserta didik tidak berkembang, padahal penilaian dengan portofolio menghendaki adanya kedua hal itu.
·         Ada unsur skeptis, khususnya orang tua, karena selama ini keberhasilan anaknya hanya didasarkan pada angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Padahal penilaian dengan portofolio menghendaki sebaliknya, yaitu penilaian bukan berupa angka. Bagi guru, penilaian bukan berupa angka bukanlah pekerjaan mudah.
·         Penilaian dengan portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence (dokumen) yang memadai, apalagi jika jumlah peserta didik cukup besar[9]

E.    Tahap-Tahap Penilaian Portofolio
Dalam melaksanakan penilaian portofolio setidaknya ada enam langkah yang harus dilakukan oleh evaluator, diantaranya:
1.     Tahap Pertama (menentukan tujuan dari portofolio)
Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan:
a)     Menentukan tujuan penilaian dengan protofolio: apakah untuk memantau proses pembelajaran (process oriented), atau mengevaluasi hasil belajar (product oriented), atau keduan
b)     Menentukan untuk apa penilaian dengan portofolio digunakan: apakah untuk menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tua, atau penilaian pada akhir pembelajaran, atau pada akhir jenjang pendidikan
c)     Menentukan relevansi (kaitan) antara evidence dan tujuan (kompetensi) yang akan dinilai: perlu ditentukan apakah ada penilaian diri, audio, esai; apakah boleh dikerjakan bersama (kelompok)
d)     Menentukan seberapa banyak evidence yang ada di portofolio akan digunakan sebagai bahan penilaian
e)     Menentukan kompetensi (standar, dasar, dan indikator) apa yang ketercapaiannya hendak dinilai dengan portofolio
f)      Menentukan evidence yang dikumpulkan: apakah hanya karya terbaik, atau pertumbuhan atau perkembangannya, atau keduany.
g)     Menentukan apakah portofolio akan dipakai untuk penilaian formatif, atau sumatif, atau keduanya.[10]
2.     Tahap Kedua (Menentukan Aspek Isi yang Dinilai)
Di dalam lanagkah ini guru melakukan kegiatan:
a)     menentukan hanya karya terbaik siswa, atau karya yang berisi perkembangan belajarnya.
b)     Menentukan pengetahuan, keterampilan, atau sikap apa yang menjadi aspek utama untuk dinilai
c)     Menentukan banyaknya evidence yang akan digunakan sebagai bahan
penilaian.[11]
3.     Tahap Ketiga (Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio)
Di dalam langkah ini guru melakukan kegiatan:
a)     Menentukan bentuk portofolio, seperti daftar isi dokumen, isi dokumen, batasan (pembatasan) untuk setiap dokumen (misalnya dengan kertas berwarna sebagai pembatas), dan catatan guru dan orang tua.
b)     menentukan jenis isi dokumen, maksudnya, menentukan kompetensi dasar dan indikator apa yang harus dicapai dalam wujud evidence (yang mungkin berupa karya cipta atau catatan laporan, atau yang lain)
c)     memberikan catatan/komentar/nilai terhadap setiap evidence oleh guru/orang tua.
d)     menentukan apa yang harus ada dalam daftar isi portofolio
e)     menentukan definisi tiap-tiap kategori atau jenis satuan isi dokumen[12]
4.     Tahap Keempat (Menentukan Penggunaan Portofolio)
Langkah ini guru melakukan kegiatan:
a)     Menentukan penggunaannya: apakah untuk siswa saja, atau orang tua saja, atau kepala sekolah, guru lain, dan siswa lain
b)     Menentukan pembobotan nilai portofolio terhadap komponen penilaian lain dalam rangka penentuan nilai akhir/rapor.[13]



5.     Tahap Kelima (Menentukan Cara Menilai Portofolio)
Langkah ini guru melakukan kegiatan
a)     Menentukan pedoman (rubrik) penskoran untuk setiap isi portofolio
b)     Menentukan penilaiannya oleh guru sendiri atau guru dan siswa
c)     Menentukan pembuatan rubrik (pedoman penilaian secara rinci) lebih[14]
6.     Tahap keenam (Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik)
Dalam langkah ini ditentukan apakah nilai portofolio akan dinyatakan sebagai satu skor saja dalam keseluruhan penilaian, atau tidak. Untuk menugasi siswa membuat portofolio, guru membuat persiapan sebagai berikut.
a)     Menentukan maksud portofolio: guru menetapkan apakah untuk menilai
karya terbaik, atau menilai kemajuan siswa
b)     Menyesuaikan tugas dengan kurikulum, atau menyesuaikan tugas dengan
tujuan mata pelajaran (kompetensi dan indikatornya)
c)     Menentukan indikasi: guru menentukan butir-butir apa yang harus terdapat
dalam portofolio
d)     Menentukan format portofolio
e)     Menentukan pembatasan kuantitas, maksudnya panjang portofolio perlu
dibatasi supaya tidak menjadi beban guru
f)      Menentukan rubrik (pedoman penskoran)[15]

III.   KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran. Fungsi dari porto folio ini adalah sebagai alat untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta didik, tanggung jawab dalam belajar, perluasan dimensi belajar, dan pembaharuan proses pembelajaran, sedangkan tujuannya adalah, Menghargai perkembangan yang dialami peserta didik, mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung, memberi perhatian pada prestasi kerja peserta didik yang terbaik, meningkatkan efektifitas proses pengajaran, dll.
Prinsip-prinsip dari penilaian portofolio ini diantaranya, Mutual trust (saling mempercayai), Confidentiality (kerahasiaan bersama), Joint Ownership (milik bersama), Satisfaction (kepuasan), serta Relevance (kesesuaian). Adapun tahap-tahap dalam penilaian portofolio setidaknya ada enam tahap, diantaranya menentukan tujuan dari portofolio, Menentukan Aspek Isi yang Dinilai,  Menentukan Bentuk, Susunan, atau Organisasi Portofolio, Menentukan Penggunaan Portofolio, Menentukan Cara Menilai Portofolio, serta Menentukan Bentuk atau Penggunaan Rubrik.


DAFTAR PUSTAKA
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006, Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Soewandi, A.M. slamet. “Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal. (hal 197-209). Universitas Sanata darma.
Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio” (online) http://hariantoat-takalary-.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)



[1] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006). Hal, 27-28
[2] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) hal 197
[3] A.M. slamet soewandi. “Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal. Universitas Sanata darma. hal 197-209
[4] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….,hal. 198
[5] Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio” (online) http://hariantoat-takalary.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)
[6] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 76
[7] Zaenal Arifin. Evaluasi Pembelajaran………..,hal. 204
[8] Harianto. 2015. “Penilaian Portofolio” (online) http://hariantoat-takalary.blogspot.co.id/2015/04/-penilaian-portofolio.html (diakses tgl 2 November 2016)
[9] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 73-74
[10] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal 75
[11] Ibid,.
[12] Ibid,.
[13] Ibid, hal. 76
[14] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio………., hal. 76
[15] Ibid,.

No comments:

Post a Comment

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...