Tuesday 26 September 2017

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI
ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR


Dosen Pengampu :
                        Muchlis Anshori, S. Th. I., M. Pd. I.


Disusun Oleh kelompok 7/ PAI/6J :
Irwanto                                  143111305
Retno Wiyanti F.                   143111315


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2017

BAB I

A.  Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar kelas. Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu melakukan proses pendidikan.
Agar tujuan sebuah pendidikan dapat tercapai, ada banyak sekali aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam proses pendidikan, salah satunya adalah aspek kejiwaan atau psikologi baik itu dari sisi pendidik maupun anak didik. Dalam psikologi dipelajari mengenai aspek-aspek yang timbul dalam perkembangan proses pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu mengenai perkembangan peserta didik dilihat dari aspek kejiwaan peserta didik.
Islam dengan sumber ajaran al-Qur'an dan hadits yang diperkaya penafsiran para ulama ternyata menunjukkan dengan jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan yang telah memberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria maupun wanita yang berlangsung seumur hidup semenjak dari buaian hingga ajal datang.
Dalam memahami aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar, memiliki kedudukan penting dalam pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan pendidikan. Untuk mengetahui lebih jelas tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar, akan dipaparkan tentang pentingnya memahami aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar yang berhubungan dengan hadis-hadis pendidikan.


B.  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana hadits Rasulullah menjelaskan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar?
2.      Bagaimana hubungan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar?

C.  Tujuan Pembahasan
1.    Mengetahui hadits Rasulullah yang menjelaskan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar
2.    Mengetahui hubungan aspek psikologi dalam proses belajar mengajar












BAB II

A.  Hadis dan Terjemah       
عَنْ اَبِىْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْمُئْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَ اَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ . اَحْرَصَ عَلَى مَا يَنْفَعَكَ وَاَسْتَعِنْ بِا اللهِ وَلَا تَحْزَنْ وَإِنْ اَصَابَكَ شَيْئٌ وَلَا تَقُلْ : لَوْ اَنِّى فَعَلْتُ كَذَا وَ كَذَا وَكُنْ قُلْ : قَدَّرَ اللهُ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَاِنْ لَوْ تُفَتَّحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رَوَاهُ مُسْلِمْ)
Artinya: Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasululullah SAW bersabda : “ Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah, dalam semua kebajikan. Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu maka janganlah kamu mengatakan : “Jika seandainya aku melakukan seperti ini maka akan seperti itu,  tetapi ucapkanlah : “Allah sudah menentukan, dan yang dikehendaki  Allah jadilah maka terjadi dilakukan. Maka sesungguhnya kalimat “seandainya” adalah kalimat pembuka perbuatan setan” (H.R Muslim)

عَنْ اَبِىْ النُّعْمَانْ بِنْ بَشِيْرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَدِّهِمْ وَ تَعَافَتِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ إِذَا الشْتَكَى عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهْرِ وَالْحُمَّى (رَوَاهُ الْبُخَارِىْ)
Artinya: Dari Nu’man R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Ciri-ciri orang mukmin dalam menyayangi, kecintaannya dan kasih sayangnya seperti anggota badan apabila salah satu anggota badannya merasa sakit maka anggota badan yang lainnya merasa gelisah dan cemas” (H.R Bukhori)

عَنْ ابْنِ مَسْعُودْ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : جُعِلَةِ الْقُلُوْبُ عَلَى حُبِّ مَنْ اَحْسَنَ اِلَيْهَا . وَبَغْضُ مَنْ اَسَاءَ اِلَيْهَا (رَوَاهُ الْبَيْهَقِ )
Artinya: “Dari Ibni mas’ud R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Hati manusia itu lebih telah diciptakan menurut fitrahnya, yaitu mencintai orang yang berbuat baik dan membenci orang yang berbuat jelek padanya. (H.R Al-Baihaqi)

عَنْ ابْنِ مَسْعُودْ قَالَ : إِنِّي أُخْبَرُبِمَكَانِكُمْ فَمَا يَمْنَعُنِيْ أَنْ أَخْرُجَ اِلَيْكُمْ إِلَّا كَرَهِيَةٌ أَنْ أُمِلَّكُمْ إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَخَوَّلَنَا بِالْمَوْعِظَةِ فِيْ الْاَيَّامِ مُخَافَةً السَّامَةِ عَلَيْنَا (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِمْ )
Artinya: “Aku telah diberitahu (oleh Yazid bin Mu’awiyah) bahwa kalian telah menunggu. (Sebenarnya  aku telah mengetahui kedatangan kalian), tidak ada yang menghalangiku untuk menemui kalian, kecuali karena aku khawatir kalian akan merasa bosan (belajar kepadaku). Karena sesungguhnya Rasulullah SAW sendiri selalu memilih waktu yang tepat dari hari-hari yang ada untuk menyampaikan pelajaran, lantaran khawatir kami akan merasa jenuh.” (HR. Bukhori dan Muslim)


B.  Substansi Tema
1.   Pengertian Aspek Psikologi  Pendidikan
a.   Definisi Psikologi
Psikologi yang dalam istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa inggris psychology. Kata psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greek (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Setidaknya ada beberapa macam definisi psikologi yang berbeda satu sama lain, diantaranya:
§  Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science off mental life;
§  Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);
§  Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior).
Namun,  secara lebih spesifik, psikologi lebih banyak dikaitkan dengan kehidupan organisme manusia. Dalam hubungan ini, psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berpikir dan berperasaan (Gleitman, 1986). Hal-hal yang tampak sederhana pun menjadi objek psikologi, seperti mengapa kita tetap ingat cara mengendarai sepeda meskipun ttelah 20 tahun kita tidak memakainya, mengapa kita bicara, mengapa kita cinta, cemburu, benci, dan sebagainya.
Alhasil, secara ringkas dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
b.   Definisi Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “mendidik”, artinya memelihara dan member latihan. Dalam memelihara dan member latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991: 232). Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam Bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya member peningkatan (to elicit, to give rise to), dan megembangkan (to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagian orang memahami arti pendidikan sebagai pengajaran kerena pendidikan pada umumnya selalu membutuhkan pengajaran. Jika penngertian seperti ini kita pedomani, setiap orang melakukan perbuatan mengajar. Padahal, mengajar pada umumnya diartikan secara sempit dan formal sebagai kegiatan menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar ia menerima dan menguasai materi pelajaran tersebut, atau dengan kata lain agar siswa tersebut memiliki ilmu pegetahuan. Hal ini sejalan dengan tujuan nasional pendidikan di Indonesia, yaitu:
Beriman dan bertaqwa terhadapTuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN/1989 Bab II Pasal 2).
c.    Definisi Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut.
1)   Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.
2)   Pengembangan dan pembaruan kurikulum.
3)   Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
4)   Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif.
5)   Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Secara lebih sederhana dan praktis psikologi pendidikan dapat didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam psoses belajar-mengajar secara lebih efektif. Tekanan definisi ini secara lahiriah hanya berkisar sekitar proses interaksi antar guru-siswa dalam kelas. Adapun ruang lingkupnya, meliputi:
1)   Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan belajar);
2)   Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar); dan
3)   Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar).
Dengan demikian, berdasarkan definisi-definisi diatas dan diperkuat dengan kenyataan sehari-hari, dapat dipastikan bahwa disiplin psikologi pendidikan pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perbuatan atau tindak-tanduk orang-orang yang belajar dan mengajar. Oleh karenanya, psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian.
1)   Siswa, yaitu orang-orang yang sedang belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor yang mempengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2)   Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar, termasuk metode, mdel, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran.
Ada beberapa hal penting yang dapat dipetik berkitan dengan  psikologi pendidikan ini, diantaranya:
1)   Proses perkembangan siswa
2)   Cara belajar siswa
3)   Cara menghubungkan mengajar dengan belajar
4)   Pengambilan keputusan untuk pengelolaan PBM.
Aspek-Aspek Psikologi Yang Diperhatikan Dalam Pembelajaran
a.    Persepsi
Pada waktu anak lahir, anak belum dapat memusatkan matanya atau mengamati obyek-obyek yang ada disekelilingnya. Pendengarannya kabur, karena adanya lender didalamnya, rangsangan perasaannya dapat mempengaruuhinya, tetapi tanggapan yang diberikan terhadap rangsangan itu berupa gerakan-gerakan yang tidak ada artinya, reflek atau gerakan menarik diri. Makin lama dapat memusatkan matanya, mendengar suara dan menjadi biasa memberikan tanggapan yang tepat. Seorang anak terus tumbuh, penginderaannya dihubungkan satu sama lain.
Misalnya, suara dari perkataan ibu dihubungkan dengan penglihatannya pada ibunnya, karena itu member arti pada anak. Apabila indera terus bertumbuh, makin banyak rangsangan-rangsangan indera yang dihubungkan dengan apa-apa yang telah diterima sebelumnya, hingga didapatnya lebih banyak arti-arti inilah yang disebut persepsi. Persepsi yaitu penginderaan yang menghasilkan arti, atau dapat dikatakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Suatu proses yang bersifat menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
b.    Berpikir
Berpikir adalah aktivitas jiwa yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah atau problem, sehingga menemukan hubungan-hubungan dan menentukan  sangkut  pautnya. Dengan berfikkir itu kita dapat menganalisis sebagai akibat, atau menghubung-hubungkan dan seterusnya. Lalu kita menemukan hubungan-hubungan itu dan menentukan masalah yang sedang dihadapi. Oleh karena itu berfikir merupakan fungsi jiwa yang dinamis yang melalui suatu proses kearah tercapainya suatu tujuan tertentu yang akhirnya menetapkan suatu keputusan. Dalam berfikir ini melalui beberapa proses :
1)   Pembentukan pengertian
2)   Pembentukan pendapat
3)   Pembentukan kesimpulan

c.    Inteligensi
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.[1] Jadi, inteligensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hamper seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih sukses.
Setiap calon guru dan guru professional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan inteligensi siswa, baik yang positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar siswa yang bersangkutan. Di satu sisi siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapatkan perhatan yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlampau mudah baginya. Akibatnya, ia menjadi bosan dan frustrasi karena tuntutan kebutuhan keinginahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil.  Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali akan merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran karena terlalu sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustrasi seperti yang dialami rekannya yang luar biasa positif tadi.


d.    Minat
          Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak ttermasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya, seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
          Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinnginkan. Guru dalam kaitan ini seyogiannya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinyadengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif seperti terurai dimuka.
e.       Motivasi
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme, baik manusia ataupun hewan, yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan meyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswayang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya  siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di sekolah maupun dirumah.
Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsic karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, member pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.
f.        Memori
          Menurut Dr. Kohnstamm ingatan ialah semua macam pekerjaan jiwa yang berhubungan didalam waktu. Hal ini berarti bahwa kegiatan mengingat itu selalu berhubungan dengan masalah waktu lampau, sekarang dan yang akan datang). Sedang William Stern berpendapat bahwa ingatan sebagai hubungan pengalaman dengan masa yang lampau. Ini berarti bahwa pengalaman yang terjadi pada waktu lampau yang telah melekat didalam jiwa (kesadaran: mengetahui kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya, dan intuisi)[2] itu dapat dimunculkan kembali pada waktu sekarang. Disamping itu pendapat secara umum mengatakan bahwa ingatan adalah kekuatan juwa untuk mencamkan atau menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali kesan-kesan yang telah lampau.[3]

C. Analisis Deskriptif
Dari beberapa hadis yang sudah dipaparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa berkaitan dengan aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar haruslah memperhatikan kedua pihak, yakni peserta didik dan pendidik. Yang dimaksud dengan pendekatan emosional atau keijiwaan disini adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam memahami dan menghayati ajaran agama agar perasaannya bertambah kuat terhadap Allah swt sekaligus dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk.[4]
Kemudian secara umum didalam hadis ini terdapat ajaran untuk menghargai hak-hak orang Islam dan memotivasi mereka pula agar saling menolong, mencintai, mengasihi dan menayayangi orang lain. Dengan demikian, hemat kata penulis terkait dengan paparan yang sudah penulis sajikan, berkaitan dengan hadis-hadis tentang aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar ini adalah untuk menggugah perasaan setiap diri kita masing-masing untuk saling membantu dan berusaha meringankan beban kesedihan yang dialami oleh orang lain yang sedang ditimpa musibah. Karena dengan menanamkan rasa solidaritas dan sikap mu’awwanah[5] yang tinggi ini kita dapat menggugah emosi yang kita  miliki. Apabila dipahami sebagai sebuah tubuh, maka sikap saling mencintai dan saling menolong  akan tumbuh.
           
           
BAB III

Kesimpulan
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah proses belajar mengajar tentunya harus memperhatikan aspek kejiwaan (psikologi) pendidik maupun peserta didik . Psikologi merupakan ilmu yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar manusia.
Dari beberapa hadis yang sudah dipaparkan diatas, dapat diketahui bahwa berkaitan dengan aspek kejiwaan dalam proses belajar mengajar haruslah memperhatikan kedua pihak, yakni peserta didik dan pendidik. Yang dimaksud dengan pendekatan emosional atau keijiwaan disini adalah usaha untuk menggugah perasaan dan emosi peserta didik dalam memahami dan menghayati ajaran agama agar perasaannya bertambah kuat terhadap Allah swt sekaligus dapat merasakan mana yang baik dan mana yang buruk








DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno. 2012. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mamun, Zahrudin. 2015. Hadis Tarbawy (Online: mamunzahudin.blogspot.co.id/2015/05/bab-viii-aspek-kejiwaan-dalam-proses.html). Diakses pada tanggal 27 maret 2017, pukul: 15.49.
Syah, Muhibbin. 2006.  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi,. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawy Pendidikan Dalam Perspektif Hadis. Jakarta: AMZAH.
s



[1] Muhibbin Syah, 2006, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, hlm. 133-135.  
[2] Hamzah B. Uno, 2012, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm. 86.
[3] Mamun Zahrudin, 2015, Hadis Tarbawy (mamunzahudin.blogspot.co.id/2015/05/bab-viii-aspek-kejiwaan-dalam-proses.html)
[4] Bukhari Umar, 2012, Hadis Tarbawy Pendidikan Dalam Perspektif Hadis, (Jakarta: AMZAH), hlm, 180.
[5] Mu’awwaah berarti menolong, membebaskan, dan menyelamatkan. Dengan demikian mu’awanah adalah menolong/membantu untuk meringankan penderitaan kesukaran serta membantu suapaya dapat melakukan sesuatu. 

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...