SEJARAH PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW
Tugas ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam
dengan Dosen Pengampu :
Akhmad Ilman Nafia, M.Pd.I
Disusun oleh :
Irwanto (143111305)
Widya Septiana N. (143111258)
Dwi Baiti Jannah (143111013)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “SEJARAH PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW“.
Tak lupa kami juga mengucapkan ribuan terimakasih kepada segenap keluarga yang telah banyak memberikan dukungan, kasih, kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun kepada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap makalah ini terbebas dari kesalahan dan kekurangan namun, masih saja banyak kuranganya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2014
Penyusun
Daftar Isi
Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I
A. Latar belakang 1
B. Rumusan masalah 2
C. Tujuan masalah 2
BAB II
A. Pendidikan islam pada masa Rasulullah 3
1. Periode Makkah 4
2. Periode Madinah 9
B. Metode pendidikan pada masa Rasulullah 10
C. Tujuan pendidikan pada masa Rasulullah 14
BAB III
Kesimpulan 15
Daftar pustaka 16
BAB I
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia pendidikan yang sekarang kita rasakan, merupakan hasil dari proses perkembangan pendidikan yang terjadi di masa lampau. Dimana sejarah pendidikan sudah ada sejak Islam diturunkan oleh Allah di muka bumi ini, yakni sejak nabi Adam As diutus oleh Allah untuk menjadi khalifah yang pertama di dunia. Proses atau pendidikan pada masa Rasulullah tepatnya adalah ketika beliau diutus Allah menjadi Nabi sekaligus Rasul yaitu untuk mengemban risalah Islam.
Pendidikan yang ada pada masa Rasulullah tidaklah jauh berbeda dengan pendidikan yang ada pada masa sekarang. Dimana Nabi Muhammad Saw dalam menyebarkan Islam sudah dapat menggunakan metode-metode yang sesuai dengan perkembangan masa itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari setiap pendidikannya tersebut terlaksana dengan prestasi yang memuaskan.
Namun, sarana pendidikan yang ada pada masa Rasulullah sangatlah jauh berbeda dengan sarana dan prasarana pendidikan modern sekarang ini. Dimana pada waktu itu belum ada apa yang kita katakana gedung sekolah, serta sarana penunjang lainnya seperti apa yang ada pada masa sekarang, tetapi tujuan pendidikan justru lebih berhasil ketika masa Nabi Saw dibandingkan dengan keberhasilan pendidikan yang diharapkan pada masa sekarang. Keberhasilan pendidikan yang diterapkan oleh Rasulullah Saw bukan saja dirasakan oleh masyarakat Makkah dan Madinah, namun sudah menyebar hampir di seluruh jazirah arab, bahkan keseluruh Dunia.
Maka dari itu dalam makalah ini akan membahas dan menceritakan tentang bagaimana proses perkembangan sejarah pendidikan islam pada masa Rasulullah dahulu, Dengan tujuan agar kita menjadi generasi muda yang berperan aktif dalam menghadapi pendidikan dan mampu membentuk dan menjadikan pendidikan islam yang terdepan sekaligus mampu mewarnai sepanjang zaman.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Pendidikan Dimasa Rasulullah?
2. Apa Metode Yang Digunakan Dalam Pendidikan Pada Masa Rasulullah?
3. Apa Tujuan Pendidikan Pada Masa Rasulullah?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui Sejarah Pendidikan Pada Masa Rasulullah
2. Mengetahui Metode Yang Digulakan Dalam Pendidikan Pada Masa Rasulullah
3. Mengetahui Tujuan Pendidikan Pada Masa Rasulullah
BAB II
A. PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH SAW
Muhammad Rasulullah SAW. Diangkat menjadi rosul pada tanggal 17 Romadhon tahun keempat puluh dari usia beliau, bertepatan pada tanggal 6 Agustus 610 M. pada malam tersebut beliau menerima wahyu pertama yang dibawa Jibril, yaitu yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi :
Artinya: “Bacalah Hai Muhammad dengan nama Tuhan mu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang maha mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkam manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Qs. Al-Alaq: 1-5)
Setelah wahyu pertama turun, maka turunlah wahyu yang kedua yaitu terdapat pada Qs. Al-Muddasir ayat 1-7:
Artinya: “Hai orang-orang yang berselimut. Bqngunlah lalu beri peringatan. Dan Tuhanmu agungkanlah. Dan pakaianmu bersihkanlah. Dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah. Dan jangan kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (Qs. Al-Muddasir: 1-7)
Wahyu kedua ini memerintahkan Rasulullah untuk mengajak manusia memeluk agama yang dibawanya. Sejak saat itu mulailah dilaksanakan dakwah islam. Untuk membentuk manusia mu’min sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan Rasulnya, sudah barang tentu diperlukan pelatihan, pengajaran serta pendidikan, maka secara otomatis pula mulailah diterapkan pendidikan oleh Rosulullah. Secara garis besar pendidikan pada masa Rosulullah ini dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan periode Madinah.[1]
1. PERIODE MAKKAH
Kota Makkah sudah lama tumbuh dan berkembang sebagai sebuah kota tempat berkumpulnya kabilah-kabilah yang berdatangan dari berbagai penjuru Tanah Arab untuk berziarah ke Baitullah (ka’bah). Disamping debagai tempat berkumpulnya para penziara yang datang ketempat tersebut, sekaliu setahun mereka datang kekota mekkah untuk menghadiri berbagai acara. Kota mekkah juga sebagai transit perdagangan lintas utara dan selatan. Keutara adalah Syam dan yang keselatan adalah Yaman.[2]
Kondisi masyarakat Makkah jika dipandang dari keberagaman masyarakatnya memiliki berbagai kepercayaan, pada umumnya mereka menyembah berhala.
Latar belakang dan kondisi masyarakat arab khususnya Makkah sebagai tempat kelahiran nabi Muhammad seperti diatas perlu kita ketahui untuk dapat memahami tentang apa dan bagaimana pendidikan yang dilakukan Rosulullah pada periode ini.
Pelaksanaan pendidikan islam oleh Rosulullah pada periode ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu:
a. Dilakukan dengan cara rahasia
Hal ini dilakukan supaya tidak mendapat gangguan dari pihak kafir Quroisy. Dealam tahap rahasia ini Rosul menyampaikan ajaran islam kepada keluarga terdekaterta teman-teman dekatnya saja. Pendekatan yang dilakukan Rasulullah adalah dengan cara pendekatan pribadi. Adapun orang yang telah masuk islam pada tahap ini adalah Khadijah, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waaqqas, Thalhah bin Ubaidah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan Arqam bin Arqam.[3] Mereka secara langsung diajar dan didik oleh nabi untuk menjadi muslim dan siap menerima serta melaksanakan petunjuk dan perintah dari Allah yang akan turun kemudian. Hal ini berlangsung selama 3 tahun.[4]
b. Tahap pendidikan Islam secara terang-terangan.
Dari hari ke hari pengikut nabi Muhammad semakin bertambah banyak. Mereka meyakini apa yang disampaikan Rasulullah itu adalah benar, tidak sedikitpun mereka ragu dengan ajaran yang diajarkan Rasulullah karena selama ini beliau tidak pernah berbohong.[5]
Setelah menerima wahyu berikutnya, yaitu surat Al-hijr ayat 94 Rasulullah menyiarkan secara langsung ajaran yang dibawa. Adapun arti surat Al-hijr ayat 94 adalah :
Artinya: “maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”. (Qs. Al-Hijr: 94)
Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul dibukit shaffa, menyerukan agar berhati-hati terhadap adzhab yang keras dikemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusanya. Seruan tersebut dijawab Abu Lahab, “celakalah kamu Muhammad! Untuk inikah kami mengumpulkan kami..???”. Saat itu turun wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan istrinya. Perintah dakwah secara teranag-terangan dilakukan oleh Rasulullah, seiring dengan jumlah sahabat yang semakin banyak dan untuk meningkatkan jangkauan seruan dakwah, karena diyakini dengan dakwah tersebut banyak kaum Quraisy yang akan masuk agama Islam. Disamping itu keberadaan rumah Ibn Arqam sebagai pusat lembga pendidikan islam sudah diketahui Kuffar Quraisy.[6]
c. Tahapan Pendidikan Islam untuk Umum
Rasulullah merubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada keluarga dekat beralih kepda seruan umum, umat Islam secara keseluruhan sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut, pada musim haji Rasulullah mendatangi kemah-kemah para jama’ah haji. Pada awalnya tidak banyak menerima, kecuali sekelompok jama’ah haji dari Ystrib. Penerimaan masyarakat Yastrib terhadap ajaran Islam secara antusias tersebut dikarenakan beberapa faktor diantaranya :
1. Adanya kabar dari kaum Yahudi, akan lahirnya seorang Rosul.
2. Suku Aus dan Khazraj mendapat tekanan dan ancaman dari kelompok Yahudi.
3. Konflik antara Khazraj dan Aus secara berkelanjutan dalam rentang waktu yang sudah lama.[7]
Berikutnya, dimusim haji pada tahun 17 ke Rasullan Muhammad Saw, Rasulullah didatangi 12 orang laki-laki dan seorang wanita untuk berikrar kesetiaan, yang dikenal dengan “Bai’ah al’Aqabah I” mereka berjanji akan menyembah kepada Allah tidak akan mencuri, berzinah, tidak akan kmembunuh anak-anak, menjauhkan perbuatan keji, serta fitnah, selalu taat kepada Rasulullah, dan tidak mendurhakainnya terhadap sesuatu yang tidak mereka inginkan.[8]
Adapun materi-materi yang diajarkan Rosulullah pada periode ini diantaranya adalah, Aqidah, Pengajaran Al-Qur’an, Pendidikan Ibadah, dan Pendidikan Ahlaq.
a. Akidah (keimanan)
Rasulullah mengemban tugas untuk menyampaikan Aqidah islamiyah yang berintikan aqidah tauhid ( mengesakan allah swt ). Jadi, dengan demikian mengubah bangsa arab yang mempercayai beraneka ragam tuhan (politaisme) kepada keyakinan tauhid (mengesakan Allah swt). Inti pokok keyakinan yang di sampaikan beliau adalah bertuhan hanya kepada allah dan hanya allah yang di sembah. Hal ini dapat di simpulkan dalam bentuk tauhid rubbuyiyah dan ulluhiyah.
Tauhid rubbubiyah adalah mengimami bahwa allah saja pencipta, pemelihara juga meneniadakan alam semesta. Sedangka tauhid ilihiyah yaitu, bertuhan dan menyembah hanya kepada allah SWT saja.[9]
b. Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada nabi Muhammad SAW. Tugas Rasulullah adalah menyampaikan wahyu kepada umat manusia. apabila beliau menerima wahyu dari Allah, maka beliau menyampaikannya kepada sahabat, maka para sahabat menghafalkan ayat-ayat yang disampaikan kepada meereka, dan ada juga sebagaian sahabat yang pandai menulis, menuliskan ayat-ayat yang turun tersebut. Oleh karena Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit, maka para sahabat rasul lebih mudah menghafalkannya. Pada waktu-waktu tertentu Rasul mengadakan ulangan terhadap bacaan-bacaan dan hafalan para sahabat. Dalam menyampaikan ayat-ayat tersebut, rasulullah memberikan penjelasan tentang isi atau maksud dari ayat-ayat yang dimaksud. Pada saat melakukan berbagai aktivitas tersebut berlangsunglah proses pendidikan, Rosul sebagai pendidik dan para sahabat sebaga peserta didik, sedangkan al-Qur’an sebagai materi pembelajaran.[10]
c. Pendidikan ibadah
Ibadah yang dilakukan kaum muslimin pada masa itu belum sempurna sebagai mana ibadah yang dilakukan pada masa setelah hijrah (belum ada pusa, zakat, haji). Ibadah yang baru dilaksanakan adalah, shalat, itupun belum dilaksanakan lima kali sehari semalam.[11]
d. Pendidikan Ahklak
Rasulullah diutus untuk menyempurnakan ahlaq yang mulia. Berdasarka hal tersebut dapatlah dipahami betapa pentingnya kedudukan ahklak dalam ajaran islam. Salah satu kondisi sosial bangsa arab jahiliyah yang ingin dirombak oleh rasulullah adalah kondisio sosial mereka yang jauh dari ahlak mulia. Sejumlah ayat-ayat al-qu’an banyak yang mengungkapkan tentang penanaman nilai-nilai ahklak,[12] antara lain terdapat dalam Qs Ad-Duha ayat 9-11.
Yang artinya: “adapun terhadap anak yatim maka janganlah berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (Qs. Adh-Duha: 9-11)
selain dari ayat-ayat tersebut diatas masih banyak pula ayat-ayat lain yang menerangkan tentang ahklakul karimah, sehingga dengan demikian sahabat-sahabat Rasul hidup dalam suasana ahklak yang mulia.
B. PERIODE MADINAH
Setelah hijrah rasulullah menetap di Madinah, situasi di Madinah jauh berbeda dengan situasi di Makkah. Di Makkah kaum muslimin mendapat perlakuan yang tudak baik oleh pihak Quroisy.[13]
Di Madinah Rasul disambut dengan baik oleh penduduk Madinah yang tulang punggung utamanya adalah kelompok Aus dan Khazraj. Dibawah kepemimpinan Nabi bersatulah Muhajirin (orang-orang yang datang dari Makkah) dan Ansar (orang-orang Madinah yang menjadi pengikut Rasul). Di Madinah ini Rasul berperan sebagai pemimpin masyarakat madinah termasuk didalamnya orang-orang Yahudi, sesuai dengan bunyi piagam Madinah.[14]
Pendidikan islam periode madinah sebagai lanjutan dari pendidikan islam pada periode Makkah. Sesuai dengan ayat-ayat yang turun, maka materi pembelajaran pendidikan islam lebih meluas lagi bila dibandigkan dengan apa yang terjadi di Makkah.[15]
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode Madinah islam merupakan kekuatan politik. Ajaran islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara[16]. Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
2. Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
3. Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut: Pendidikan Tauhid, Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, Pendidikan kepribadian, Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.
B. METODE PENDIDIKA PADA MASA RASULULLAH
Salah satu sisi terpenting pendidikan tahap awal dalam Islam adalah penjagaan identitas (huwiyyah). Penjagaan identitas yang dimaksud adalah penjagaan moralitas (akhlak) umat. Sebab, menurut Dr. Yusuf Qardlawi bahwa salah satu kegagalan umat manusia di dunia pada abad 20 adalah kegagalan dalam mendidik moralitas umat. Maraknya penyimpangan moral baik itu tindak kriminal (pembunuhan, perjudian, penipuan dll) maupun perzinahan dan pelanggaran HAM yang menimpa penduduk dunia adalah bukti gagalnya pendidikan moralitas khususnya generasi muda[17]
Penyebab dari kegagalan ini bukan tidak adanya kesadaran para pendidik,dalam hal ini orang tua-akan pentingnya pendidikan generasi mendatang, akan tetapi lebih karena kesalahan atau kekeliruan konsep/metodologi yang diterapkan. Metode yang diterapkan hanya menyangkut satu aspek saja tidak menyeluruh dan paripurna. Jika diibaratkan, sebuah metode ibarat permulaan, permulaan yang baik akan melahirkan hasil yang baik.[18]
Dalam melaksanakan pendidikan terhadap para sahabat, selain kapasitas pribadi beliau sendiri menjadi tauladan, terdapat metode tertentu yang dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. sehingga pendidikannya membuahkan hasil dengan menjadikan para sahabat sebagai anak didik Rasulullah. Rasulullah Saw. sendiri merupakan guru pertama dalam islam.[19]
Metode pendidikan Islam merupakan unsur dari sistem pendidikan Islam, keberadaannya penting dan memang harus diperhatikan oleh setiap orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik itu guru maupun murid sebagai peserta didik. Secara sederhana kata metode dipahami sebagai suatu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa metode pendidikan Islam adalah segala cara dan usaha yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan Islam, dengan melalui berbagai aktivitas yang melibatkan guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik.[20]
Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, metode pendidikaan yang diterapkan telah mengalami berbagai perubahan dan pengembangan. Di antara perkembangan yang terjadi pada metode pendidikan Islam zaman Rasulullah,. Ahli sejarah mencatat, setidaknya ada beberapa bentuk metode pendidikan yang diterapkan yaitu :
1. Halaqah
Bentuk yang paling sederhana pendidikan muslim pada masa awal adalah duduk melingkar. Ini merupakan pengalaman pendidikan yang khas dalam Islam dikenal dengan nama Halaqah, yang arti harfiahnya sebuah perkumpulan yang melingkar (pengkajian yang dilakukan dengan duduk melingkar). Dinamakan demikian, karena Nabi SAW duduk di tengah-tengah dan para sahabat duduk dengan membentuk setengah lingkaran di depan Nabi SAW.[21]
2. Tanya Jawab
Kaidah ini terjadi ketika Rasulullah terlibat tanya-jawab dengan Malaikat Jibril tentang Rukun Iman, Rukun Islam, Ikhsan dan Kiamat dihadapan para Sahabat-sahabatnya. Tanya-jawab tersebut tiada lain adalah metode pengajaran Rasulullah kepada para sahabatnya. pada masa Nabi SAW. masing-masing sahabat mengajukan pertanyaan tentang masalah apapun, para sahabat mengajukan pertanyaan tentang apa-apa yang dirasanya sukar dan belum dipahami.[22]
3. Hafalan
Teknik ini adalah salah satu teknik yang terdapat dalam pribadi Rasulullah, terbukti ketika Rasulullah menerima wahyu Allah yang pertama, beliau bersungguh-sungguh dan terus menerus menghafalnya agar tidak lupa sehingga turun jaminan Allah akan kekuatan hafalan dan daya ingat Rasulullah terhadap wahyu itu. Menghafal sangat penting dalam hal pembelajaran, seseorang dapat menghafal apabila ada pemahaman terhadap konteks yang dihafal. Pada zaman Rasulullah, para sahabat di tuntut untuk mampu menghapal apa-apa yang di sabdakan oleh Rasulullah.[23]
4. Cerita
Dalam menyampaikan ajaran Islam, Rasulullah banyak menggunakan metode bercerita. Hal ini terlihat karena di dalam Al-Quran banyak sekali terdapat cerita-cerita masa lampau seperti tentang nabi-nabi, juga umat-umat yang terdahulu.
5. Statistik
Pada zaman sekarang, statistik dianggap sebagai metode ilmiah yang paling efektif dalam menyelesaikan beberapa permasalahan. Rasulullah telah menggunakan metode statistik ini ketika beliau mendirikan negara Islam di Madinah. Sebagaimana bunyi hadist yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim yang diterima dari Huzaifah bin Al-Yaman R.A: "Kami pernah bersama-sama Rasulullah dan Baginda bersabda; 'Buatkan data untukku siapa-siapa yang sudah memeluk Islam "[24]
6. Lukisan
Rasulullah dalam mengajar kaum muslimin pernah menggunakan ranting kayu untuk menggaris di atas tanah dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, seperti yang diisyarakatkan firman-Nya : "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, kerana jalan yang lain itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya, Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa."(Qs. Al-An'am: 153)
7. Bahasa Isyarat
Rasulullah bukan saja mengajar dengan lisan kepada kaumnya, akan tetapi gerak-gerik (demonstrasi) beliau menunjukkan satu metode pengajaran beliau kepada umatnya. Hal ini karena peranan Rasulullah adalah sebagai qudwah dan uswah bagi umat manusia sebagaimana yang dijelaskan di dalam Al-Quran : "Sesungguhnya bagi kamu pada (diri) Rasulullah itu contoh yang baik bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhirat dan dia banyak menyebut Allah."(Qs. Al-Ahjab)
Dalam menyampaikan pengajaran, Rasulullah juga sering menggunakan gaya atau isyarat dengan anggota badan Rasulullah. Contohnya ketika beliau menjawab pertanyaan tentang orang yang memelihara anak yatim, seperti yang digambarkan dalam sabdanya : "Aku dan orang yang memelihara anak yatim seperti dua ini (diisyaratkan ibu jari dan jari tengah)"[25]
C. TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI MASA RASULULLAH
Secara umum tujuan pendidikan islam dimasa Rasulullah adalah usaha untuk membentuk kepribadian muslim seutuhnya. Adapun indikator-indikator untuk menjadi muslim yang utuh adalah sebagai berikut.
1. Beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.
2. Melaksanakan ibadah-ibadah yang wajib maupun sunnah.
3. Berahklakul karimmah.
4. Taat dan patuh kepada perintah Allah dan Rasul.
5. Melaksanakan hukum-hukum islam dengan suka rela.
6. Memelihara kesatuan kaum muslimin dan mencintai mereka sebagaimana mereka mencintai dirinya sendiri.[26]
BAB III
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, sejarah pendidikan islam pada masa Rasulullah SAW. Terdapat dua periode yaitu periode Makkah dan Madinah, pada periode Makkah materi yang diajarkankan tentang akidah, pengajaran Al-Qur’an, pendidikan Ibadah dan Pendidikan ahklak, sedangkan pada periode madinah yang ajarkan adalah tentang masalah pendidikan politik.
Kemudian metode yang digunakan antara lain, halaqah, tanya jawab, hafalan, cerita, statistik, lukisan dan bahasa isarat.
Adaput tujuan pendidikan pada masa Rasulullah adalah menjadikan membentuk kepribadian muslim yang seutuhnya yang mempunyai, iman, ahlakul karimmah, taat kepada perintah Allah dan Rasul, melaksanakan hukum-hukum islam dan memelihara kesatuan kaum muslimin.
Daftar pustaka
Daulay, Haidar Putra dan Nurgaya Pasa, 2013, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, Jakarta: KENCANA Prenada Media Group
Heristina, Ananda, 2014, “sejarah pendidikan islam masa Rasulullah”, (online), (http://anandaheristina.blogspot.com/2014/11/sejarah-pendidikan-islam-masa.html)
Riyan, Suhad, 2013, “Metode Pendidikan Rasulullah Saw”, (online), (Http://Suhaddoank.Blogspot.Com/2013/11/Makalah-Sejarah-Peradaban-Islam-Metode.Html)
[1] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group), hal, 19-20
[2] Ibid, hal, 20
[3] Ibid, hal, 22
[4] http://anandaheristina.blogspot.com/2014/11/sejarah-pendidikan-islam-masa.html
[5] Ibid,.
[6] Ibid,.
[7] Ibid,.
[8] Ibid,.
[9] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group), hal, 24
[10] Ibid,.
[11] Ibid,.
[12] Ibid,.
[13] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group), hal, 30
[14] Ibid, hal, 11
[15] Ibid,.
[16] http://mufeecrf.blogspot.com/2009/10/pendidikan-islam-pada-masa-rasulullah.html
[17] http://suhaddoank.blogspot.com/2013/11/makalah-sejarah-peradaban-islam-metode.html
[18] Ibid,.
[19] Ibid,.
[20] Ibid,.
[21] Ibid,.
[22] Ibid,.
[23] Ibid,.
[24] Ibid,.
[25] ibid
[26] Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah, (Jakarta: KENCANA Prenada Media Group), hal, 46
Jazaakumullahu khoiron katsiron
ReplyDelete