Friday, 13 January 2017

Manajemen Kesiswaan



Manajemen Kesiswaan/
Peserta Didik

Dosen Pengampu :
Dr. Imam Makruf, S.Ag, M.Pd






Disusun oleh :
Firstya Rafika F.S.         (143111147)
Irwanto                          (143111305)
Unsaa Hasna R.             (143111152)



FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2016/2017



BAB I
A.    Latar Belakang
Di lingkungan sekolah, siswa/peserta didik merupakan unsur inti kegiatan pendidikan. Karena itu jika tidak ada peserta didik, tentunya tidak akan ada kegiatan pendidikan. Lebih-lebih di era persaingan antarlembaga pendidikan yang begitu ketat seperti sekarang, sekolah harus berjuang secara sungguh-sungguh. Untuk mendapat peserta didik, tak sedikit lembaga pendidikan yang mati karena kehabisan peserta didik. Bahkan ada ketua yayasan pendidikan yang mengatakan bahwa mencari peserta didik jauh lebih sulit ketimbang mencari guru baru. Dikatakannya, untuk mendapatkan guru baru cukup membuka lamaran, sehari sudah banyak yang datang. Sedangkan untuk mencari peserta didik, belum tentu dengan mengedarkan brosur dan memasang sepanduk peserta didik akan datang.
Hal ini menggambarkan bahwa dalam kegiatan pendidikan di era persaingan ini, peserta didik merupakan unsur  utama yang harus dimanajemen dan dihargai martabatnya tak jauh berbeda dengan pembeli/konsumen dalam dunia usaha.
Manajemen kurikulum, sarana dan prasarana, peserta didik, personalia dan pembiayaan adalah komponen-komponen pendukung untuk keberhasilan penyelenggaraan lembaga pendidikan (sekolah). Komponen-komponen tersebut merupakan satu kesatuan dalam upaya pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah), artinya bahwa satu komponen tidak lebih penting dari komponen lainnya. Satu komponen memberikan dukungan bagi komponen lainnya sehingga memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pencapaian tujuan lembaga pendidikan (sekolah) tersebut.
Keberadaan peserta didik tidak hanya sekedar memenuhi kebutuhan saja, akan tetapi harus merupakan bagian dari kebermutuan dari lembagaan pendidikan (sekolah). Artinya bahwa dibutuhkan Manajemen peserta didik yang bermutu bagi lembaga pendidikan (sekolah) itu sendiri. Sehingga peserta didik itu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial emosional, dan kejiwaan peserta didik. (Sesuai filosofi tujuan pendidikan, memanusiakan manusia).
Berangkat dari hal tersebut, dalam makalah ini penulis akan mengupas tentang, pengertian manajemen kesiswaan/peserta didik, tujuan dan fungsi manajemen peserta didik, prinsip-prinsip manajemen peserta didik serta ruang lingkup manajemen peserta didik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud manajemen siswa/peserta didik?
2.      Bagaimana tujuan dan fungsi manajemen siswa/peserta didik?
3.      Bagaimana prinsip-prinsip manajemen siswa/peserta didik?
4.      Bagaimana ruang lingkup manajemen siswa/peserta didik?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui devinisi manajemen siswa/peserta didik.
2.      Memahami tujuan dan fungsi manajemen siswa/peserta didik
3.      Memahami prinsip-prinsip manajemen siswa/peserta didik
4.      Memahami ruang lingkup manajemen siswa/peserta didik.


BAB II
A.    Pengertian Manajemen Kesiswaan
Manajemen adalah ilmu yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif, yang didukung oleh sumber daya lainnya dalan suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.[1] Manajemen adalah proses yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya agar suatu tujuan dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Sedangkan siswa atau peserta didik merupakan seseorang yang sedang berkembang memiliki potensi tertentu dengan bantuan pendidik (guru). Peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani) melalui proses kegiatan beajar mengajar yang tersedia pada jenjang atau tingkatan pendidikan tertentu.[2] Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, peserta didik ialah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses tertentu. Peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan.
Manajemen kesiswaan merupakan penggabungan dari kata manajemen dan kesiswaan. Manajemen kesiswaan merupakan layanan yang memusatkan perhatian pada pengaturan, pengawasan, serta layanan siswa di kelas dan di luar kelas. Semua kegiatan yang di sekolah pada akhirnya ditujukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, siswa  diharapkan berperan aktif dalam program-program yang dilakukan sekolah sebagai upaya mengembangkan dirinya secara optimal.[3]
Dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan memiliki pengertian sebagai proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa disekolah mulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan, yang dilakukan selama siswa berada disekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan pendidikannya melalui penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif dan konstruktif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau pembelajaran yang efektif.[4] Dengan kata lain manajemen kesiswaan adalah keseluruhan proses penyelenggaraan usaha kerjasama dalam bidang kesiswaan dalam rangka pencapaian pembelajaran disekolah.

B.     Tujuan Manajemen Kesiswaan
Tujuan umum manajemen peserta didik adalah pengaturan kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar disekolah sehingga, proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancer, tertib, dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah.[5]
Dapat dikatakan juga bahwa tujuan manajemen kesiswaan adalah menata proses peserta didik mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Adapun tujuan khusus manajemen peserta didik ialah:
a.       Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan psikomotorik peserta didik
b.      Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan umum (kecerdasan), bakat dan minat peserta didik.
c.       Menyalurkan aspirasi, harapan, dan kebutuhan peserta didik.
d.      Peserta didik dapat mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup dan selanjutnya dapat belajar dengan baik dan tercapai cita-cita mereka.[6]

C.    Fungsi Manajemen Kesiswaan
Fungsi manajemen peserta didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosil, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.[7]
Adapun fungsinya secara khusus yaitu:[8]
a.       Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan individualitas peserta didik, yaitu peserta didik dapat mengembangkan potensi-potensi individualitasnya tanpa banyak terhambat. Potensi-potensi bawaan tersebut meliputi kemampuan umum (kecerdasan), kemampuan khusus (bakat), dan kemampuan lainnya.
b.      Fungsi yang berkenaan dengan pengembangan fungsi social peserta didik, yaitu peserta didik dapat mengadakan sosialisasi dengan sebayanya, dengan orangtua dan keluarganya, dengan lingkungan sekolahnya dan lingkungan masyarakatnya. Fungsi ini berkaitan dengan hakikat peserta didik sebagai mahluk social.
c.       Fungsi yang berkenaan dengan penyaluran aspirasi dan harapan peserta didik, yaitu menyalurkan hobi, kesenangan, dan minat peserta didik. Hobi, kesenangan, dan minat peserta didik patut disalurkan karena dapat menunjang terhadap perkembangan diri peserta didik.
d.      Fungsi yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan peserta didik, yaitu peserta didik sejahtera dalam hidupnya.

D.    Prinsip-Prinsip Manajemen Kesiswaan
Prinsip merupakan sesuatu yang hatus di pedomani dalam melaksanakan tugas. Prinsip manajemen kesiswaan/peserta didik mengandung artu bahwa dalam mengetur peserta didik, prinsip-prinsip yang ada harus dipegang dan dipedomani. Prinsip-prinsip manajemen kesiswaan/peserta didik menurut Departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai berikut:
1.      Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan sebagai obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
2.      Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari segi kondisi fisik, kemampuan intelektual, social ekonomi, minat, dan sebagainya. Oleh karen itu, diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap siswa memiliki wahan untuk berkembang secara optimal.
3.      Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan.
4.      Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah efektif dan psikomotorik.[9]
Selain itu, ada pula yang harus diperhatikan pendidik dalam membimbing peserta didik, yaitu “kebutuhan peserta didik”. Menurut Al-Qussy, kebutuhan manusia dibagi dalam dua kebutuhan pokok, yaitu kebutuhan primer dan sekunder. Sedangkan menurut Law Head membagi nya dalam lima kebutuhan yaitu Kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, kebutuhan yang menyangkut jasmani-rohani, kebutuhan social, dan kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya (biasanya dirasakan lebih akhir) merupakan tuntutan rohani yang mendalam,  seperti kebutuhan terhadap agama.[10]

E.     Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan
Ada tiga tugas utama dalam menajemen kesiswaan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. Berdasarkan tiga tugas tersebut, ruang lingkup manajemen kesiswaan diantaranya:

1.      Perencanaan Kesiswaan
Perencanaan kesiswaan ini merupakan aktivitas yang sangat penting dalam manajemen kesiswaan, karena dalam kegiatan perencanaan akan diperoleh suatu kebijakan yang berkaitan dengan strategi penerimaan peserta didik baru . Mencakup  sensus sekolah dan penentuan  jumlah siswa yang diterima. Perolehan pendataan tersebut akan dapat ditetapkan: jumlah dan lokasi sekolah, batas daerah penerimaan siswa suatu sekolah, jumlah fasilitas transportasi, layanan program pendidikan, fasilitas pendidikan bagi anak-anak penderita cacat, laju pertumbuhan penduduk (khususnya anak-anak usia sekolah di daerah sekitar sekolah)[11].

2.      Penerimaan Siswa Baru
Kegiatan penerimaan siswa baru (PSB) dikelola oleh panitia PSB. Kegiatan ini dilakukan agar kegiatan belajar mengajar sudah dapat dimulai di hari pertama setiap tahun ajaran baru. Adapun langkah-langkah penerimaan siswa baru menurut Drs. Ismed Syarief Cs:
a)      Membentuk panitia penerimaan murid
b)      Menentukan syarat pendaftaran calon
c)      Menyediakan formulir pendaftaran
d)     Pengumuman pendaftaran calon.
e)      Menyediakan buku pendaftaran.
f)       Menentukan waktu pendaftaran,
g)      Penentuan calon yang diterima (seleksi calon siswa)
h)      Pendaftaran ulang
i)        Orientasi pengenalan sekolah.[12]

3.      Pengelompokkan Siswa
Pengelompokkan ini dilakukan agar proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancer, tertib, dan tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan. Ada beberapa jenis pengelompokkan siswa, diantaranya adalah:
a)      Pengelompokkan dalam kelas-kelas
ü  Agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, murid yang berjumlah besar perlu dibagi menjadi kelompok kelas.
b)      Pengelompokkan berdasarkan bidang studi
ü  Pengelompokkan ini merupakan pengelompokkan siswa berdasarkan minat dan bakatnya.


c)      Pengelompokkan berdasarkan spesialisasi
ü  Pengelompokkan ini terdapat di sekolah-sekolah kejuruan.pada hakekatnya penjurusannya ini sama pengelompokkan berdasarkan bidang studi, namun lebih menjurus kearah yang lebih khusus.
d)     Pengelompokkan dalam system kredit
ü  Pengajaran system kredit merupakan pengajaran yang menggunakan ukuran kredit untuk memberikan bobot bagi setiap mata pelajaran.
e)      Pengelompokkan berdasarkan kemampuan
ü  Pengelompokkan ini didasarkan pada kemampuan peserta didik untuk mata pelajaran tertentu.
f)       Pengelompokkan berdasarkan minat
ü  Pengelompokkan ini didasarkan pada minat khusus peserta didik. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kegiatan ekstrakulikuler, sehingga peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih kegiatan ekstrakulikuler sesuai minatnya.[13]

4.      Disiplin Siswa
Pembinaan peserta didik mempunyai nilai yang strategis, sebagai salah satu faktor penentu sumberdaya manusia masa depan, sasarannya adalah anak usia 6-18 tahun, suatu tingkat perkembangan usia anak dimana secara psiskis dan fisik anak sedang mengalami pertumbuhan, suatu periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang tidak stabil, agresifitas yang tinggi dan mudah dipengaruhi lingkungan.[14] Guna untuk mengantisipasi kompleksitas permasalahan tersebut diperlukan pembinaan anak usia sekolah dengan professional yang didalamnya mengandung banyak nilai, yaitu:
a)      Peningkatan mutu gizi
b)      Perilaku kehdupan beragama dan perilaku terpuji
c)      Penanaman rasa cinta tanah air
d)     Disiplin dan kemandirian
e)      Peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi
f)       Penumbuhan kesadaran akan hidup bermasyarakat
g)      Penelusuran bakat dan minat peserta didik.
h)      Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan.[15]
Kemudian dalam rangka membina siswa secara komprehensif pihak sekolah mesti memberikan layanan khusus yang menunjang manajemen kesiswaan. Layanan tersebut antara lain: layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan, layanan kantin, layanan kesehatan, layanan transportasi sekolah, dan layanan asrama.[16] .
5.      Kegiatan Ektrakulikuler
Kegiatan ektrakulikuler merupakan kegiatan pelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran biasa. Tujuannya agar siswa dapat memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan, mendorong pembinaan nilai dan sikap denim mengembangkan minat dan bakat siswa. Kegiatan ini secara tidak langsung juga memberikan dudukungan terhadap pembelajaran di kelas dan memberikan tambahan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan siswa.[17]

6.      Organisasi Intra Sekolah (OSIS)
OSIS dibina oleh kepala sekolah bersama guru sehingga semua kegiatan struktur organisasi, tugas dan kewajiban dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. OSIS berfungsi sebagai wadah untuk pembinaan pemuda dan budaya, pembinaan stabilitas dan ketahanan nasional, pembentukan watak dan kepribadian dalam integrasi sekolah, pencegahan pembinaan siswa yang kurang dapat dipertanggungjawabkan, pembinaan aktivitas intra sekolah yang berorientasi pada kegiatan yang bersifat edukatif, serta pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan potensi siswa.
Adapun tujuan OSIS yaitu mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang memiliki jiwa Pancasila, berkepribadian luhur, moral dan mental yang tinggi, berkecakapan, serta memiliki pengetahuan siap untuk diamalkan; mempersiapkan siswa agar menjadi warga Negara yang mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa, tanah air dan bangsanya; menggalang persatuan dan kesatuan yang kokoh dan akrab; menghindarkan siswa dari pengaruh-pengaruh yang tidak sehat dan mencegah siswa dijadikan sasaran perbuatan pengaruh serta kepentingan suatu golongan dan usaha peningkatan ketahanan sekolah.[18]

7.      Evaluasi Kegiatan Siswa
Langkah-langkah dalam mengevaluasi kegiatan siswa, antara lain:
a.       Penentuan standar. Maksudnya, membuat patokan atau target mengenai keberhasilan dan kegagalan suatu kegiatan. Standar yang telah ditentukan, harus dibuat dan dikomunikasikan kepada semua yang terlibat dalam kegiatan tersebut, agar mereka dapat mengetahui target-target yang akan dicapai.
b.      Mengadakan pengukuran. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh suatu kegiatan telah atau belum dilaksanakan.
c.       Membandingkan hasil pengukuran dengan standar yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan agar dapat diketahui selisih antara hasil pengukuran dengan standar yang telah ditentukan.
d.      Mengadakan perbaikan. Perbaikan dilakukan untuk mengetahui ketercapaian standar yang telah ditentukan, terutama perbaikan terhadap penyebab tidak terpenuhinya target standar.[19]

8.      Perpindahan Siswa
Ada dua pengertian perpindahan siswa, yakni perpindahan siswa dari sekolah satu ke sekolah yang lainnya, dan perpindahan siswa dari suatu jenis program ke jenis program lainnya. Untuk mengantisipasi perpindahan siswa dari jenis program ke jenis program lain maka pada saatn penjurusan usahakan menentukan jurusan-jurusan bagi siswa yang setepat-tepatnya sesuai dengan data yang selengkap-lengkapnya.


9.      Kenaikan Kelas dan Penjurusan
Kenaikan kelas dan penjurusan diatur dalam peraturan sekolah yang didasarkan pada kebijakan yang ada di sekolah. Seringkali dalam pelaksanaannya muncul masalah-masalah yang perlu diselesaikan secara bijak. Untuk meminimalisir masalah tersebut, data-data tentang hasil evaluasi  pembelajaran siswa harus lengkap dan obyektif, mendayagunakan fungsi  dan peranan bimbingan dan penyuluhan, dan para guru bersikap hati-hati dan obyektif dalam memberikan penilaian hasil belajar siswa.[20]

10.  Kelulusan dan Alumni
Setelah seorang siswa selesai mengikuti seluruh program pendidikan di sekolah, dan berhasil lulus dalam UAN, maka siswa diberikan ijazah atau STTB.[21]


  
 
BAB III
Kesimpulan
Dari penjabaran tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen kesiswaan adalah proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa disekolah mulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan, yang dilakukan selama siswa berada disekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan pendidikannya melalui penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif dan konstruktif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau pembelajaran yang efektif.
Tujuan manajemen kesiswaan diantaranya adalah sebagai pengaturan kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang proses belajar mengajar disekolah sehingga, proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan lancer, tertib, dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah. Adapun fungsinya sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosil, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya.
Prinsip-prinsip dari manajemen siswa ini diantaranya, Siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan sebagai obyek; beragamnya kondisi para siswa; serta pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah efektif dan psikomotorik
Kemudian ruang lingkup dari manajemen kesiswaan ini adalah Perencanaan kesiswaan, penerimaan siswa baru, pengelompokkan siswa, disiplin siswa, kegiatan ektrakulikuler, organisasi intra sekolah (osis), evaluasi kegiatan siswa, perpindahan siswa, kenaikan kelas dan penjurusan, serta kelulusan dan alumni.





Daftar Pustaka
Heryati, Yeti dan Mumuh Muhsin. 2014. Manajemen Sumber Daya Pendidikan. Bandung: CV Pustaka setia
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Cet. III. Bandung: VC Pustaka Setia
Mustari, Mohamad. 2014 Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Saefullah. 2014. Manajemen Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia
Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi. Cet. I. Yogyakarta: Teras


[1]Hikmat, Manajemen Pendidikan, Cet. III, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 11.
[2] Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2014), hal. 107.
[3]Ibid, hal. 100.
[4]Yeti Heryati dan Mumuh Muhsin, Manajemen Sumber Daya Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka setia, 2014).hal. 78.
[5] Ibid,.
[6] Ibid,.
[7]Yeti Heryati dan Mumuh Muhsin, Manajemen Sumber Daya Pendidikan,…….hal. 79
[8] Ibid,.
[9] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, Strategi dan Aplikasi, Cet. I, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 100-101.
[10]Ibid, hal. 101-102.
[11] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep,……., hal. 104
[12]Ibid., hal. 106.
[13] Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, …….., hal 107
[14] Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan……, hal. 114.
[15] Mohamad Mustari, Manajemen Pendidikan…., hal. 114.
[16]Ibid., hal. 115.
[17] Ibid,.
[18]Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep, ….., hal. 111.
[19] Ibid., hal. 112.
[20]Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep,…..,hal. 113.
[21] Ibid,.

No comments:

Post a Comment

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...