Saturday, 29 November 2014

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA


PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA





Tugas ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam
 dengan Dosen Pengampu :
Hakiman, S.pd.i,M.pd
Disusun oleh :

Irwanto           (143111305)




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2014/2015




PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

A.    PENDAHULUAN
Paradigma pendidikan merupakan pemikiran teoritis yang sifatnya mendasar yang dipakai sebagai latar belakang bagi disusunnya suatu framework untuk pelaksanaan pendidikan. Biasanya paradigma itu dinyatakan dalam bentuk skema, yang memperlihatkan hubungan-hubungan antara unsure-unsur yang terlibat didalamnya. Paradigma bukanlah sistem, tetapi dalam suatu sistem terdapat sejumlah paradigma, yang merupakan konsep dasar dalam pelaksanaan sistem itu. Namun sebuah paradigma dapat berkembang menjadi sebuah system.
Pendidikan Islam di Indonesia dihadapkan pada persoalan rumusan tujuan yang kurang sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai persoalan guru, metode, kurikulum dan lain sebagainya. Tujuan pendidikan Islam sekarang ini, tidak benar-benar diarahkan pada tujuan positif, melainkan tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada tujuan akhirat semata di satu sisi, dan di sisi lain sebagian kecil mengejar orientasi kemanusiaan tapi kehilangan tujuan yang bersifat akhirat, sehingga cenderung defensif, yaitu sekedar untuk menyelamatkan kaum muslimin dari pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan dampak gagasan Barat yang datang melalui disiplin ilmu, terutama oleh gagasan Barat yang mengancam akan meledakkan standar-standar moralitas tradisi awal Islam.
Pembaruan pendidikan Islam di Indonesia pertama kali akan memperhatikan pada orientasi pemurnian kembali falsafah pendidikan Islam di Indonesia. Kemudian digunakan analisis sejarah untuk membuat formulasi pendidikan Islam yang sesuai dengan akar-akar budaya dan perubahan sosial dalam masyarakat.

B.     PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Di dalam khazanah pemikiran pendidikan islam terutama karya-karya ilmiyah berbahasa arab, terdapat berbagi istilah yang dipergunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang “pendidikan islam” dan sekaligus di terapkan daalam konteks yang berbeda-beda. (Muhaimin,2002:36)
Menurut Langgulung (dalam Muhaimin, op cit) pendidikan islam mencangkup delapan pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keaagamaaan), ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan), al-ta’lim al-islami (pengajaran keislaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan orang-orang islam) al-tarbiyaah fi al-islam (pendidikan dalam islam), al-tarbiyah ‘inda muslimin (pendidikan di kalangan orang-orang islam) dan al-tarbiyah al-islamiyah (pendiddikan islamiyah)
Di kalangan masyarakan Indonesia ahir-ahir ini, istilah “pendidikan” mendapat arti yang sangat luas. Kata-kata pendidikan, pengajaran, bimbingan dan pelatihan, sebagai istilah-istilah tehnis tidak lagi dibeda-bedakan oleh masyarakat kita, tetapi ketiga-tiganya lebur menjadi satu pengertian baru tentang pendidikan (Muchtar Bucori dalam Muhaimin,2002:37).
Menurut undang-undang no 2/1989 pasal 1, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan pesertaa didik melalui kegiatan pengajaran, pembimbingan dan pelatihan baagi peranannya di masa yang akan datang. Dari sini dapat di fahami bahwa dalam kegiatan pembimbingan, pengajaran dan pelatihan terkandung makna pendidikan.[[1]]
Karena itulah, pendidikan dalam perspektif islam dapat mengandung pengertian pendidikan/pengajaran keagamaan aatau keislaman. Atau pendidikan/pengajaran agama islam. Sistim pendidikan seperti itu hingga saat ini masih tumbuh dan berkembang, terutama di pesantren-pesantren salafiyah, majelis-majelis ta’lim, dan TPA/TPQ.[[2]]

1.      Istilah Pendidikan Islam
-    Pendidikan islam yaitu pendidikan yang di fahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasar-dasarnya yaitu Al-Quran dan As-Sunnah.[[3]]
-    Pendidikan keislaman yaitu, upaya mengajarkan ajaran islam atau agama islam dan nilai-nilainya agar menjadi pandangan dan sikap hidup seseorang.[[4]]
-    Pendidikan dalam islam yaitu suatu proses pembudayaan dan pewarisan ajaran agama, budaya dan peradaban, sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai sekarang.[[5]]
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan yng difahami dari Al-Quran dan As-Sunah sebagai upaya mengajarkan ajaran islam dan sebagai pembudayaan dan pewarisan ajaran agamaa, budaya dan peradaban.
2.      Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan pembimbingan, penggajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam maasyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2002:75)
3.      Tujuan pendidikan agama islam
Secara umum pendidikan agama islam brtujuan untuk meningkatankan keimanan, pemahaman pengghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam. Sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kkepada Allah SWT. serta berahlaq muulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat berbanggsa dan bernegara (GBPP PAI dalam Muhaimin, 2002:79)
C.    PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM
Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life (Lodge, 1947), dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidp dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusiaadalah proses pendidikan maka pendidikan islam pada dasarnya hendak mengembangkan pandangan hidup Islami yang diharapkan tercermin dalam sikap hdup dan ketrampilan hidup orang islam (Muhaimin, 2002:39). Secara historis-sosiologis paradigma pengembangan pendidikan islam di bedakan sebagai berikut:
1.      Paradigma Formisme
Dalam paradigma ini, segala sesuatu dipandang dari dua sisi yang berlawanan, soperti laki-laki dan perempuan, ada dan tidak ada, bulat dan tidak bulat, dan lain sebagainya.
Pandangan yang diskontumis tersebut di kembangkan dalam melihat dan memandang aspek kehidupan dunia dan ahirat, kehidupan jasmani dan rohani sehingga pendidikan islam hanya diletakkan pada aspek kehidu pan ahirat saja atau kehidupan rohani saja.
Dengan demikian pendidikan keagamaan dihadapkan dengan pendidikan non keagamaan, pendidikan keislaman dengan non-keislaman pendidikan agama dengan pendidikan umum, dan seterusnya.
Paradigma formisme mempunyai implikasi terhadap pengembangan pendidikan Islam yang lebih berorientasi pada keakhiratan., sedangkan masalah dunia di anggap tidak penting, serta menekankan pada ilmu-ilmu keagamaan yang merupakan jalan untuk menuju kebahagiaan akhirat, pendekatan yang dipergunakan lebih cenderung bersifat keagamaan normative, doktriner dan absolutis. Peserta didik diarahkan kepada sifat yang setia, memiliki sikap komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap agama yang dipelajari.[[6]]


2.      Paradigma Mekanisme
Paradigma mekanisme memandang kehihupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing-masing bergerak dan berjalan ,menurut fungsinya bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa kompenen yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri-sendiri.
Nilai kehidupan itu sendiri terdiri atas nilai agama, nilai individu, nilai social, nilai politik, nilai rasional, nilai aestetik, nilai biofisik, dan lail-lain. Dengan demikian, nilai agama merupkan salah satu aspek/nilai dari aspek-aspek kehidupan lainya. Hubungan antara nilai agama dengan nilai lainnya dapagt bersifat horizontal-lateral (independen), lateral sekuensial atau bahkan vertical linier (Muhaimin, 2002:43).
Paradigma ini banyak di kembangkan di sekolah umum atau perguruan tinggi uang tidak berciri khas agama Islam. Didalamnya diberikan seperangkat mata pelajaran tentang agama islam.[[7]]
3.      Paradigma Oganisme
Paradigma organisme berbeda pandangan dengan paradigma lainya bahwa pendidikan Islam adalah sebuah kesatuan dari kompenen-kompenen yan berusaha mengembangkan pandangan/semangat hidup islam yang diintregasikan dalam sikap hidup dan ketrampilan hidup yang islami.
Paradigma ini bnyak di kembangkan dlam system pendidikan islam di Madrasah yang di cap sebagai sekolah yang bercirikan islam. Kebijakan pengembangan madrasah berusaha mengakomodasikan tiga kepentingan utama, yang pertama, sebagai wahana untuk membina ruh atau praktik hidup islam. Kedua, memperjelas dan memperkokoh keberadaan madrasah sederajad dengan sistim sekolah, sebagai wahana pembinaan warga Negara yang cerdas, berpengetahuan, berkepribadian serta produktif. Ketiga, mampu merespon tuntunan-tuntunan masa depan, dalam arti sanggup melahirkan manusia yang memiliki kesiapan memasuki era globalisasi, industrialisasi, maupun era informasi(Muhaimin, 2002:46)

D.    PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan islam saat ini, sungguh masih dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, karena pendidikan islam mengalami keterpurukan jauh tertinggal dengan pendidikan barat. Pada masa modernisasi seperti sekarang ini, pendidikan islam tidak bisa seperti pada zaman keemasan (Andalusia dan Baghdad) yang bisa menjadi kiblat peradaban islam, baik dibidang budaya, seni ataupun pendidikan. Pendidikn islam sekarang berkiblat pada barat. Dengan pengetahuan supremasi yang dikuasai oleh Negara-negara maju, Negara muslim masih tergantung pada dunia barat dalam hampir semua aspek kehidupan, seperti, pertahanan dan persenjataan, komunikasi dan informasi, ekonomi, perdagangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan islam di antaranya adalah:
1.      Pendidikan islam masih jauh tertinggal dengan pendidikan barat
Sebab-sebab pendidikan Islam jauh tertinggal dengan Barat:
-          Orientasi pendidikan masih terlantar tak tahu arah pada tujuan yang mana mestinya sesuai dengan orientasi islam. Pendidikan islam masih berorientasi paada pembentukan ‘abd atau hamba Allah dan mndevinisikan akhirat adalah segala-galanya, sementara urusan-urusan dunia belakangan. Di samping it masih bersifat denitive yang artinya menyelamatkan kaum muslim dari segalapencemaran dan pengrusakan yang ditibulkan oleh gagasan barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu yang dapat mengancam moralitas Islam.
-          Praktik pndidikn islam masih memelihara warisan lama, sehingga ilmu yang dipelajari adalah ilmu klasik dan ilmu modern tidak tesentuh.
-          Umat islam masih sibuk terbuai dengan romantisme masa lalu, da kebanyakan malas mereka malas sekali melakukan upaya-upaya pembaharuan dan kalah cepat dengan perubahan social, politik, dan kemajuan iptek.
-          Model pembelajaran pendidikan islam masih menekankan pada pendekatan intelektual verbalistik dan menegasi iteraksi intraksi educative dan komunikasi humanistic antara guru murid. Sehingga system pendidikannya masih mandul, terbelakang dan mematikan daya kritis anak.[[8]]
2.      Pendidikan islam masih mematikan nalar kritis anak.
Selama ini pola pendidikan islam yang di pakai masih cenderung memaikan kreativitas dan memenjarakan peserta didik. Pendidikan hanya  menuntut peserta didik ntuk selalu patuh dan tidak  memberikan kebebasan sedikitpun kepadanya untuk bersikap kritis dan rasionsl. Pendidikan islam terlanjur menekankan titik berat kepada “penimbunan fakta-fakt dan melupakan “belajar berfikir”. Karena pendidikan islam selalu ditekankan pada pemikiran konvergen dan telralu dibiasakan untuk berfikir secara tertib dan dihalangi kemmungkinanya untuk merespon dan memecahkan masalah secara bebas (Syamsul Ma’arif, 2007:50)
Nalar cerdas, kritis dan kreatif merupakan potensi dasar yang menurut psikologi behaviorisme disebut prepotence reflexes atau yang dalam pandangan islam disebut fitrah (Arifin, dalam Syamsul Ma’arif 2007:52).
Menurut Hasan Langgulung (dalam Syamsul Ma’arif, 2007:53) terdapat tiga prinsip yang harus diketahui oleh seorang guru supaya kreativitas peserta didik dapat diaktualisasikan dengan baik. Pertama mengakui dan mengi’tiraf potensi kreatif kanak-kank. Kedua, menghormati pernyataan dan ide mereka. Ketiga, mempersoalkan merka dengan permasalahan-permasalahan yang bersifat proaktif untuk menimbulkan rasa ingin tahu.
3.      Dikontomi ilmu pengetahuan
Salah satu persoalan serius yang masih menghantui sistim pendidikan islam hingga kini adalah persoalan dikotomi antara ilmu pengetahuan agama dan umum, adanya anggapan di masyarakat muslim bahwa menuntut ilmu agama adalah fardu ‘ain dan ilmu umum fardhu kifayah, menambah deretan problem yang menjadikan pendidkan islam semakin terbelakang.
Secara umum dikotomi pendidikan islam, sebagaima di jelaskan Sofyan (dalam Syamsul Ma’arif, 2007:14), disebabkan oleh beberapa factor, antara lain pertama  stagnasi pemikiran. Stagnasi yang melanda kesarjanaan muslim terjadi sejak abad 16 hingga abad 17 M kondisi ini imbas dari politik dan budaya. Masyarakat muslim saat itu hanya mendongkrak keatas, melihat gemerlap abat pertengahan sehingga lupa kenyataan yang terjadi di lapangan. Kedua penjajahan dunia barat atas dunia muslim. Pada saat itu dunia muslim benar benar tidak berdaya di bawah kekuasaan imperealisme barat. Pendidikan ilmu batar telah menggantikan ilmu-ilmu ahlak muslim dan menurunkan derajat ilmu naqliyah “pengganti” barat itulah yang kemudian didominasi dalam mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah-sekolah muslim. Ketiga modernisasi atas dunia muslim. Modernisasi ini muncul sebagai suatu perpaduan antara ideology barat, Teknikisme dan Nasionalisme. Teknisisme muncul sebagai suatu reaksi terhadap eknisisme muncul sebagai suatu reaksi terhadap dogma, sedangkan nasionalisme di temukan di eropa dan di injeksikan secara paksa kepada rakyat muslim.
Dalam kasus pendidikan di Indonesia, pola dikotomi telah memunculkan beberapa problem tersendiri di antaranya adalah, ambivalensi orientasi pendidikan islam; kesenjangan antara pendidikan islam dan ajaran islam; disintegrasi sistim pedidikan islam; inferioritas para pengasuh lembaga pendidikan islam.

E.     UPAYA-UPAYA MENGATASI PROBLEMATIKA PENDIDIKAN ISLAM
1.      Menghilangkan paradigma dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum, ilmu tidak bebas nilai, tetapi bebas untuk dinilai. Ilmu tidak memperdulikan agama dan agama tidak memperdulikan ilmu, itulah sebabnya diperlukan adanya pencerahan dan mengupayakan integralisasi keilmuan.
2.      Merubah pola pendidikan Islam indoktrinasi menjadi pola partisipatif antara guru dan murid. Pola ini memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis, optimis, dinamis, inovatif, memberikan alasan-alasan yang logis, bahkan siswa dapat pula mengkritisi pendapat guru jika terdapat kesalahan. Intinya, pendekatan epistemologi ini menuntut pada guru dan siswa untuk sama-sama aktif dalam proses belajar mengajar.
3.      Merubah paradigma ideologis menjadi paradigma ilmiah yang berpijak pada wahyu Allah SWT. Sebab, paradigma ideologis ini -karena otoritasnya-dapat mengikat kebebasan tradisi ilmiah, kreatif, terbuka, dan dinamis. Praktis paradigma ideologis tidak memberikan ruang gerak pada penalaran atau pemikiran bebas bertanggung jawab secara argumentatif. Padahal, wahyu sangat memberikan keleluasaan bagi akal manusia untuk mengkaji, meneliti, melakukan observasi, menemukan, ilmu pengetahuan (ayat kauniyah) dengan petunjuk wahyu Allah SWT. Dan paradigma ilmiah saja tanpa berpijak pada wahyu, tetap akan menjadi sekuler. Karena itu, agar epistemologi pendidikan Islam terwujud, maka konsekuensinya harus berpijak pada wahyu  Allah SWT.
  
DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Ma’arif, Syamsul. 2007. Revitalisasi Pendidkan Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu





[1] Muhaimin. 2002 “Paradigma Pendidikan Islam”, hal,37
[2] Ibid hal, 38
[3] Ibid. hal, 29
[4] Ibid. hal, 30
[5] Ibid. hal, 30
[6] Ibid. hal, 39
[7] Ibid. hal, 40
[8] Syamsul Ma’arif. 2007. “Revitalisasi Pendidikan Islam”. Hal, 14

Saturday, 22 November 2014

bekas luka

BEKAS LUKA

Adalah seorang anak laki-laki yang bersifat pemarah. Ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang rumah setiap kali ia marah. Hari pertama anak itu telah memakukan 37 paku ke pagar. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang.
Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menahan amarahnya dari pada memakukan paku ke pagar. Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut sama sekali tidak kehilangan kesabarannya. Ia memberitahukan kepada ayahnya, yang kemudian memberikan usulan agar ia mencabut 1 paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.
 Hari-hari berlalu dan anak laki-laki ini akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku telah tercabut.
Sang ayah menuntun anaknya ke pagar. “Kau telah berhasil dengan baik, anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak pernah bisa sama seperti sebelumnya.
Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu meninggalkan bekas seperti lubang ini. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu, tetapi tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf, luka itu tetap ada. Luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik”.


Ambilah semenit dari waktumu untuk merenungkan hal ini.

manajemen pendidikan islam

MANAJEMEN PENDIDIKAN SLAM


BAB I
A.    Latar belakang

            Akhir-akhir ini, manajemen sebagai ilmu begitu popular sehingga banyak kajian yang difokuskan pada manjemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah, maupun pembukaan program studi manajemen meliputi manajemen ekonomi, manajemen sumberdaya manusia, manajemen pendidikan, dan sebagainya.Dalam perkembangan selanjutnya, manajemen telah di implementasikan dalam berbagai persoalan yang bersifat batiniyah, seperti manajemen qalbu.
Awalmulanya, tema manajemen hanya popular dalam dunia perusahaan atau bisnis. Kemudian tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan dengan beberapa modifikasi dan spesifikasi tertentu lantaran terdapat perbedaan objek.Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur.Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik.Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1).Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan menengah ada yang berbentuk Madrasah Alyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi, Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan Madrasah Diniyah.Jalur Pendidikan Informal seperti pendidikan yang diselenggarakan di dalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, sebab jika tidak bukan hanya gambaran negatif tentang pendidikan Islam yang ada pada masyarakat akan tetap melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin Pendidikan Islam yang hak itu akan hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya, sebagaimana dikemukakan Ali bin Abi Thalib :”kebenaran yang tidak terorganisir dengan rapi akan dihancurkan oleh kebathilan yang tersusun rapi.

B.        RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Pengertian Dan Definisi Managemen Menurut Para Ahli ?
B.     Apa Saja Prinsip – Prinsip Dalam Managemen ?
C.     Apa Saja Aspek Dalam Managemen ?
D.    Apa Saja fungsi Dalam Managemen ?

C.      TUJUAN MASALAH
A.  Mengetahui Pengertian dan Definisi Managemen
B.   Mengetahui Prinsip – Prinsip
C.   Mengetahui Aspek Dalam Managemen
D.   Mengetahui Fungsi Dalam Managemen























BAB II

A.    PENGERTIAN DAN DEFINISI MANAGEMEN

Secara bahasa manajemen berasal dari bahasa inggris “to manage” yang berarti mengatur, mengurus atau mengelola. Sedangkan menurut istilah menajemen  adalah proses pengkoordinasikan aktivitas-aktivitas kerja sehingga dapat selesai secara efisien dan efektiv dengan dan melalui orang lain. Menurut Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen adalah ilmu dan seni yang mngatur proses pemafaatan sumber daya manusia secara efektif yang didukung oleh sumber-sumber  lain dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu, dalam manajemen terdapat dua sistem yaitu, sistem organisasi dan system administrasi.
Ramayulis (2008: 362) menyatakan bahwa pengertian yang sama dengan hakikat manajemen adalah al-tadbir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) seperti firman Alla  yang terdapat dalam surat As-Sajdah ayat 5:

Artnya:
            “Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”. (Q.S. As-Sajdah: 5)
            Dari ayat di atas diketahui bahwa Allah SWT.merupakan pengatur alam.Akan tetapi sebagai khalifah di bumi ini, manusia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagai mana Allah SWT.mengatur alam raya ini.
Manajemen pendidikan islam sebagaimana di nyatakan Ramayulis (2008: 260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (umat islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak yang dilakukan melalui kerja sama dengan orang lain secara efektif, efisien dan produktif untuk mencapai kebahagiaan baik di Dunia maupun di Ahirat.


Pengertian manajemen menurut beberapa ahli:
1.      Mary Parker Follet, Manajemen adalah seni , karena untuk melakukan pekerjaan melalui orang lain di butuhkan ketrampilan khusus.
2.      Horold Koontz dan Cyril O’Donnel, manajemen adalah usaha untuk mencapai tujun tertentu melalui kegiatan orang lain.
3.      G. R. Terry, manajemen merupakan proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pergerakan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.
4.      James A. F. Stoner, manajemen sebagai proses perencanaan, pengoordinasian, dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah perencanaan, pengoorganisasian, dan pengendalian upaya organisasi dengan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
B.     PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
            Dalam manajemen terdapat prinsip-prinsip yang merupakan pedoman umum atau pegangan utama pelaksanaan aktivitas manajerial, yang menentukan kesuksesan pengelolaan organisasi.Roda organisasi atau perushaan di pacu dngan melaksanakan berbagai prinsip pada prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen. Prinsip-prinsip tersebut di antaranya:
1.      Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Efisiensi dan Efektivitas merupakan bagian dari merupakan bagian dari prinsip-prinsip manajemen atau administrasi. Titik tolak pelaksanaan manajemen dalam organisai semaksimal mungkin meenfaatkan semua sumber, te naga, dana dan fasilitas yang ada secara efisien. Agar prinsip efisien terlaksana, semua objek organisasi harus dikelola dengan baik sehingga penerapan prinsip efesiensi benar- benar relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Hubungan kerja yang fungsional dan berjalan dengan baik akan mempermudah pelaksanaan efisiensi yang menjadi prinsip manajemen.
2.      Prinsip Pengelolaan
Manajer yang baik selalu bekerja dengan langkah-langkah manajemen yang fungsional, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol.Dengan demikian, target yang di tuju dengan mudah dapat dicapai dengan baik.
3.      Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Manajer adalah orang yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan organiasi, baik secara internal maupun eksternal. Dengan tanggung jawab manajer tersebut, pengutamaan tugas pengelolaan bukan semata-mata berkaitan dengan manajerial internal, karena manajerial internal sangat berkepentingan dan memiliki hubungan fungsional dengan manajerial eksternal, sebagaimana bagian produksi bekerja sama dengan bagian promosi, dan bagian promosi berhubungan langsung dengan masyarakat.
4.      Prinsip Kepemimpinan Yang Efektiv
Seorang pemimpin harus memiliki kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, artinya tegas, lugas, tuntas, dan berkualitas.Ia wajib mengembangkan hubungan baik dengan semua bawahannya, cerdas merealisasikan human relationship.Pemimpi yang baik adalah pemimpin yang tidak menyalahkan bawahan, tapi mengingatkan dan menyarankan.Demikian pula, bawahan yang baik tidk pernah menggugat dan gusar kepada atasan, tetapi meluruskan dan menyadarkan sepanjang masih dalam konteks profesionalitas yang ada diatas aturan yang disepakati.
5.      Prinsip Kerja Sama
Prinsip kerja sama didasarkan pada pengorganisasian dalam manajemen. Semua tugas dan kewajiban manajer tidak di borong oleh satu orang, tetepi dikerjakan menurut keahlian dan tugasnya masing-masing, sehingga beban kerjanya tidak menumpuk di satu tempat, sedangkan di tempat lain tidak ada yang harus dikerjakan. pembgian, tugas, wewenang, dan tanggung jawab seharusnya dipolarisasi berdasarkan prinsip profesionalitas sehingga kerja sama yang dibangun tidak berbelit-belit. Prinsip kerja sama merupakan salah satu fungsi organisasi terutama dalam penyusunan dan penempatan personal, pekerjaan-pekerjaan,dan pikiran- pikiran dalam struktur tersebut.




Prinsip-prisip manajemen menurut Hery Fayol yaitu:
a.       Division of Work (asas pembagian kerja)
Asas pembagian kerja merupakan prinsip yang sangat penting dalam manajemen. Pentingnyapenerapan prinsip pembagian kerja adalah dengan alas an berikut:
-          Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
-          Setiap lapangan kerja membutuhkan tenaga ahli yang berbeda-beda.
-          Setiap pekerja memiliki pengalaman kerja yang berbeda.
-          Mentalitas  pekerja yang berbeda.
-          Penggunaan waktu yang berbeda.
-          Latar belakang kehidupan, social, ekonomi, kebudayaan yang
     berbeda.
-          Otak dan tingkat pendidikan yang berbeda.
b.      Authority and Responibility (asas wewenang dan tanggunng jawab)
Prinsip proporsionalitas wewenang dan tanggung jawab berkaitan dengan prestasi dan kemampuan para pekerja.Dalam organisasi ataupun perusahaan, jabatan structural berkaitan langsung dengan wewenang dan tanggung jawabnya.Pembagian wewenang dan tanggung jawab harus di tetepkan secara proporsional agar pelaksanaan kegiatan organisasi atau perusahaan tidak tumpang tindih atau bahkan terkesan amburadul.
c.       Discipline(asas disiplin)
Disiplin berakar pada prinsip proporsionalitas antara wewenang dan tanggung jawab yang di pikul oleh seluruh anggota organisasi.Semua pegawai, baik bawahan maupun atasan wajib mematuhi peraturan organisasi yang telah disepakati.Dengan mematuhinya, baik atasan maupun bawahan berarti bekarja dengan disiplin yang optimal.
d.      Unity of Command (asas kesatuan perintah)
Kessatuan perintah artinya perintah berada di tingkat pimpinan tertinggi pada bawahanya. Jika bawahanya sebagai pimpinan, ia pun berwenang menmberi perintah kepada bawahanya untuk menindak lanjuti perintah atasanya.
e.       Unity of Direction (asas kesatuan arah)
Kesatuan arah dan tujuan , meskipun organisasi selalu terdiri atas berbagai bidang, wewenang dan tanggung jawab seluruh pelaksanaan kegiatan di arahkan pada satu tujuan organisasi.

f.       Subordination of Idividual into General Interest (asas kepentingan umum di atas kepentingan pribadi)
Prinsip ini berkaitan dengan kaidah kemaslahatan umum yang lebih di utamakan dari pada kemaslahatan pribadi.
g.      Remuneration of Personnel (asas pembagian gaji yang wajar)
Prinsip ini berkaitan dengan dengan keadilan yang kaidahnya adalah al-ujrah biqadr al-masyaqah, upah di ukur oleh tingkat ksulitan pekerjaanya.Jabatan dan tanggung jawab yang besar harus di dukung dengan upah yang seimbang dengan beban yang dipikulnya.
h.      Centralization (asas pemusatan wewenang)
Prinsip ini berpandangan bahwa setiap organisasi senantiasa memiliki pusat kekuasaan dan wewenang  intruksional. Kemudian pusat membagikan kekuasaanya ke daerah, cabang, sampai tingkat unit atau ranting.
i.        Scalar of Chain (asas hierarki atau asas tantai berkala)
Prinsip penyaluran perintah dan tanggung jawab bersifat hierarkis, artinya sesuai dengan kapasitas dan wewenangnya.
j.        Order (asas keteraturan)
Asas ketertiban atau keteraturan berkaitan dengan norma yang berlaku dalam organisasi atau perusahaan. Ketertiban dapat bersifat matrial perusahaan ataupun ketertiban dalam arti social.
k.      Equity (asas keadilan/persamaan)
Prinsip persamaan bukan berarti sama rata dan sama rasa karena dalam organisasi terdapat pangkat dan jabatan yang berbeda, sebagaimana jenis pekerjaan yang berbeda, serta wewenang dan tanggung jwab yang berbeda. Oleh karena itu prinsip persamaan atau keadilan dapat di kuantifikasikan.
l.        Initiative (asas inisiatif)
Inisiatif dalam organisasi tidak berarti bebas sekehendak para karyawan.Manajer harus memberikan dorongan kepada seluruh bawahanya untuk berinisiatif sendiri mengembangkan kinerjanya, tetapi harus tetap searah dengan visi dan misi perusahaan.Inisiativ dapat berarti kreatif, konstruktif, dan inovatif.
m.    Esprit de Corp (asas kesatuan)
Prinsip ini bertitik tolak dari kesatuan visi dan misi yang di rencanangkan oleh organisasi atau perusahaan.Semua kompenen organisasi merupakan sistim yang terpadu. Seluruh karyawan bagaikan jaring laba-laba yang bersatu sebagai team work yang solid memperjuangkan tujuan perusahaan.
n.      Stability of Trun-Over of Personnel (asas kestabilan jabatan karyawan)
Prinsip ini berkaitan dengan kesinambungan kinerja organisasi. Manajemen yang baik di lasanakan oleh sebuah organisasi yang tidak akan sering mengganti pejabatnya. Hal ini karena dengan seiring mengganti pejabat perusahaan, pelakanaan program akan kembali ke nol. meskipun ada yang dapat melanjutkanya, pergantian pejabat akan diikuti pergantian kebijakan dan pergantian arah/tujuan pekarjaan yang dilaksanakan.

C.    ASPEK MANAJEMEN
Aspek manajemen dan organisasi merupakan aspek yang  cukup penting dianalisis untuk kelayakan suatu usaha. Karena walaupun suatu usaha telah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen dan organisasi yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Baik menyangkut masalah Sumber Daya Manusia (SDM) maupun menyangkut perusahaan secara keseluruhan haruslah disusun dengan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai jika memenuhi kaidah-kaidah atau tahapan dalam proses manajemen. Proses manajemen atau kaidah ini akan tergambar dari masing-masing fungsi yang ada dalam manajemen.
Masing-masing fungsi tidak dapat berjalan dengan sendiri-sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Apabila salah satu fungsi tidak dapat dijalankan secara baik, maka jangan diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai.Untuk keperluan studi kelayakan bisnis yang berlu dianalisis adalah bagaimana fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanan, dan pengawasan diterapkan secara benar.

D.    FUNGSI MANAJEMEN

1.   Perencanaan  (planning)
Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses ini ditentukan tentang apa yang dilakukan, kapan dan bagaimana melakukannya serta dengan cara apa hal tersebut dilakukan. Allah telah memberikan arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sbuah rencana apa yang akan dilakukan dikemudian hari, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 18:

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk haari esuk (ahirat), dan bertakwalah kepaada Allah.Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. AL-Hasyr: 18)

2.   Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-nit. Tujuannya adalah supaya tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masing-masing.

3.   Pelaksanaan (actuating)
Menggerakan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi para pemimpin atau manajer harus menggerakan bawahannya (para karyawan) untuk mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin, memberi perintah, memberi petunjuk dan memberikan motivasi.

4.      Pengawasan (controlling)
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan.






BAB III
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa manajemen adalah perencanaan, pengoorganisasian, dan pengendalian upaya organisasi dengan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Kemudian  prinsip-prinsip dari manajemen tersebut di antaranya adalah prinsip efisien dan efektivitas, prinsip pengelolaan, prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, prinsip kepemimpinan yang efektiv, dan prinsip kerja sama.Dan fungsi manajemen itu sendiri di antaranya, fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan fungsi pengawasan.
B.     PENUTUP

Sekian makalah yang dapat kami buat, kami sangat menyadari keterbatasan kami sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada hasil karya kami. Oleh karena itu, apabila karya kami ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada segenap pembaca. Semoga makalah kami ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan para pembaca dan kami juga berharap makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan nilai tugas dan pembelajaran. Terima kasih atas perhatian dan partisipasinya.

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...