Saturday, 8 April 2017
Wednesday, 5 April 2017
Evaluasi Pembelajaran dengan Teknik Non Tes
Evaluasi
Pembelajaran dengan Teknik
Non Tes
Dosen Pengampu :
Dr. Adrian, M.Pd.

Disusun oleh :
Irwanto
(143111305)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH
DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
SURAKARTA


BAB
I
A. Latar Belakang
Pendidikan
merupakan suatu wadah bagi seorang peserta didik untuk berkembang dan
meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan dikatakan berhasil
apabila terdapat perubahan perilaku dalam diri seorang siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran, yang berawal dari kurang baik menjadi baik dan dari belum
bisa menjadi bisa. Tentunya untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu
pendidikan harus menggunakan alat yaitu disebut dengan evaluasi. Selain untuk
mengetahui tingkat keberhasilan suatu pendidikan fungsi utama evaluasi adalah
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran.
Dalam
proses mengevaluasi ada dua pengertian yang berbeda yaitu mengukur dan menilai.
Mengukur merupakan suatu proses yang memerlukan suatu alat ukur yang sudah
dibakukan, seperti mengukur tinggi-rendah, panjang-pendek dan lain sebagainya,
yang tentunya alat ukur yang digunakanpun telah memenuhi standarisasi
pembakuan. Adapun penilaian merupakan mengambis suatu keputusan menganai suatu
hal dengan ukuran baik dan buruk, yang tentunya suatu penilaian dapat dilakukan
setelah adanya pengukuran terhadap objek yang dinilai.
Dalam
dunia pendidikan terdapat dua teknik evaluasi yaitu tes dan non tes. Evaluasi
tes merupakan suatu percobaan yang dilaukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perubahan-perubahan yang terjadi pada anak didik dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban-jawaban dari siswa dalam
bentuk tulis maupun lisan. Teknik tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil
belajar yang berkaitan dengan aspek kognitif atau kemampuan anak dalam memahami
suatu materi pelajaran. Sedangkan teknik non tes merupakan suatu cara untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran
tanpa menggunakan tes. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar
yang berkaitan dengan sofskill yang meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap
sosial dan lain sebagainya. Dalam evaliasi non tes biasanya alat ukur yang
digunakan adalah angket dan wawancara.
Namun
evaluasi non tes ini masih sangat jarang digunakan untuk menilai hasil proses
pembelajaran. Karena pada umumnya para guru lebih banyak menggunakan tes dari
pada non tes. Evaluasi dengan teknik tes dinilai lebih praktis penggunaannya
mengingat alatnya mudah dibuat dan yang dinilai lebih banyak pada aspek
kognitif saja. Berangkat dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini
penulis akan menguraikan sedikit banyk tentang evaluasi non tes.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan evaluasi non tes?
2. Apakah
yang dimaksud dengan bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan serta sekla
sikap?
3. Apakah
yang dimaksud dengan penilaian berbasis portofolio?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk
memahami devinisi evaluasi non tes
2. Untuk
mengetahui devinisi bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan serta skala
sikap
3. Untuk
memahami penilaian berbasis portofolio
BAB
II
Evaluasi Non Tes
Secara
bahasa kata evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya penilaian
atau penaksiran. Secara istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana
untuk mengetahui sesuatu objek dengan menggunakan suatu alat ukur dan
dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[1]
Dalam
dunia pendidikan mengenal dua jelis evaluasi yaitu evaluasi tes dan evaluasi
non tes. Evaluasi dengan teknik tes adalah suatu teknik evaluasi dengan cara
memberikan pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan
oleh responden/peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan anak dalam memahami suapu materi pelajaran. Ada banyak sekali
jenis-jenis evaluasi tes, seperti tes formatif, sumatif, diagnostic, penempatan
dll.
Kemudian
evaluasi non tes merupakan salah satu teknik evaluasi selain tes yang digunkan
untuk mengukur seberapa jauh perubahan tingkah laku dan perkembangan anak[2].
Non tes adalah salah satu cara mengevaluasi pembelajaran dengan cara melakukan
pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti melakukan
penilaian dengan tanpa menggunakan tes, biasanya teknik ini digunakan untuk
menilai kepribadian peserta didik yang meliputi sikap. Sifat, tingkah laku,
sifat sosial dan lain-lain, yang berhubungan dengan proses kegiatan
pembelajaran dalam pendidikan.
Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan data penilaian,
diantaranya adalah:
- Melalui
pengamatan guru terhadap perilaku siswa, baik secara individu maupun kelompok,
baik itu dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
- Membuat
skala sikap, skala sikap digunakan untuk mengungkap perilaku-perilaku atau
keaktifan peserta didik
- Melalui
catatan harian, yaitu mencatat perilaku-perilaku peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran harian yang dinilai mempunyai kontribusi terhadap perkembangan
dirinya.[3]
Dalam evaluasi non tes ada beberapa aspek
yang diungkap dalam proses penilaian, diantaranya:
1. Catatan
Perilaku Harian
Dalam
proses pendidikan perilaku harian seorang peserta didik merupakan hal yang
sangat penting, karena hal tersebut merupakan implikasi dari hasil
pembelajaran, yang berupa perilaku positif dan perilaku negative. Perilaku
positif yang muncul seperti, disiplin, tanggung jawab, setia kawan, jujur,
bergotong royong dll. Adapun perilaku yang negative seperti, nyontek waktu
ujian, bolos sekolah, mencoret-coret bangku dll.
Tujuan
pencatatan perilaku harian adalah untuk memperoleh bukti perilaku-perilaku
siswa secara tertuis, yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi ahir. Kegiatan
evaluasi tersebut dipergunakan untuk menghindari keselahan-kesalahan pada
pembelajarang yang akan datang.Catatan perilaku harian dilakukan secara
berkala, misal 1 minggu sekali perilaku siswa tadi di catat oleh guru pada
portofolio mereka masing-masing.[4]
2. Laporan
Aktivitas diluar Kelas
Lingkungan
belajar bukan hanya terpaku di dalam kelas saja, akan tetapi diluar kelas pun
dapat dijadikan tempat pembelajaran, seperti laboratotium, masjid, lingkungan
masyarakat dan lain sebagainya. Agar lingkungan luar sekolah dapat dijadikan
tenpat pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk melaporkan aktivitas
mereka di luar kelas yang mendukung proses pembelajaran.
Misalkan
bagi siswa yang tengah mempelajari materi Pendidika Agama Islam, dapat
melaporkan kegiatanya dalam mengikuti TPQ, keterangan mengikuti pengajian
rutin, keterangan mengikuti pesantren kilat dan sebagaianya.[5]
Dalam
evaluasi non tes juga terdapat banyak sekali macam dan jenisnya seperti,
angket, wawancara, observasi, portofolio, daftar cek, skala penilaian dll.
Namun pada pembahasan kali ini penulis hanya terbatas pada beberapa teknik
evaluasi non tes saja, diantaranya Bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan,
skala sikap, serta penilaian berbasis portofolio.
A. Bagan Partisipasi (Participation Charts)
Keikutsertaan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu tujuan yang
inigin dicapai dalam porses pembelajaran. Partisipasi perserta didik merupakan
salah satu usaha memudahkan peserta didik dalam memahami suapau pelajaran
tertentu. Kemauan untuk berpartisipasi dan keterlibatan dalam pembelajaran
merupakan salah satu indicator seorang siswa dalam menyesuaikan diri dalam
proses pembelajaran. [6]
Selain
untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, keikutsertaan ini juga
dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri, serta meningkatkan harga diri
peserta didik. Dengan demikian keikut sertaan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran harus diukur, karena mempunyai informasi-informasi tentang hasil
belajar yang bersifayt non kognitif, maka dari itu untuk mengukur tingkat
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran ada salah satu teknik evaluasi
yang disebut dengan bagan partisipasi (Participation
Charts).[7]
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengn
bagan partisipasi adalah salah salah satu bemtuk teknik evaluasi yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui
daftar keikutsertaan atau keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Bagan partisipasi sangat berguna untuk mengamati peserta didik pada saat
diskusi.
Contoh penyusunan bagan partisipasi:
Participation Charts
Mata pelajaran :
Topik :
Tanggal :
Waktu :
No
|
Nama
|
Kualitas Keikut sertaan
|
|||
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
Kurang
|
||
1
|
Diah
ayu R
|
||||
2
|
Andi
Kurniawan
|
||||
3
|
Sinta
|
||||
4
|
Bayu
kurnia
|
||||
5
|
Candra
H
|
||||
6
|
Dst,
|
B. Daftar Cek (Check List)
Daftar
cek merupakan pedoman penilaian yang berisi tentang daftar aspek tingkah laku
atau perbuatan seseorang yang sengaja dibuat untuk mengetahui ada tidaknya
aspek-aspek tungkah laku tertentu pada seseorang yang akan dinilai.[8]
Daftar
cek merupakan alat evaluasi yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan di
nilai. Daftar cek memungkinkan evaluator atau seorang guru dapat menilai atau
mencatat setiap perilaku peserta didik. Dalam dafter cek terdapat berbagai
macam perilaku atau kegiatan yang biasa dilakukan peserta didik, kemudian guru
hanya memberikan tanda centang (√) pada tiap aspek sesuai dengan hasil
penilaian.[9]
Dari
beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa daftar cek merupakan salah
satu bentuk penilaian yang berisi daftar-datar perilaku atau kegiatan yang
biasa dilakukan seorang peserta didik, kemudian guru meniainya dengan
memberikan tanda centang terhadap aspek-aspek perilaku tersebut sesuai dengan
fakta yang ada pada diri peserta didik.
Daftar
cek sebagai alat evaluasi mempunyai fingsi sebagai berikut:
1. Untuk
memudahkan evaluator dalam mengumpulkan data, karena hanya memberikan tanda
centang terhadap aspek tertentu, sehingga proses penilaian tidak banyak memakan
waktu.
2. Hasil
data yang diperoleh bersifat mendalam, teliti dan luas, karena item-item atau
aspek-aspek yang akan dinilai telah disusun terlebih dahulu yang tentunya telah
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.[10]
Adapun
tujuan yang dapat dicapai penilaian dengan daftar cek adalah sebagai berikut:
1. Daftar
cek bertujuan untuk mengumpulkan data untuk tujuan orientasi, artinya data yang
dikumpulkan dapat menggambarkan tingkah laku, sifat, sikap kebiasaan, serta
nminat peserta didik dalam kehidupanya dilingkungan sekolah, terutama dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Daftar
cek bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran, artinya data
yang diperoleh mampu memberikan keterangan berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran, sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dapat segera dilaksanakan[11]
Dalam menyusun daftar cek, seorang evaluator
atau guru juga harus memperhatikan srtuktur penyusunanya, adapun struktur
penyusunan daftar cek adalah sebagai berikut:
1. Judul
daftar cek, berisi mengenai tujuan dan maksud penilaian, seperti untuk menilai
kegiatan belajar di kelas, kegiatan diluar kelas, kegiatan workshop dan lain
sebagainya. Evaluator tinggal meilih daftar cek mana yang akan digunakan sesuai
dengan tujuan data apa yang akan diperoleh.
2. Kolom
kelas dan nama siswa yang akan dinilai, serta tanggal dan tempat penilaian
3. Petunjuk
pengisian daftar cek
4. Item-item
daftar cek
5. Kolom
skor dan analisa, pada kolom ini guru mengisi atau menilai serta menganalisa
data hasil penilaian
6. Kolom
saran atau komentar
7. Kolom
nama dan tanda tangan guru
Contoh
penyusunan daftar cek:
Daftar
cek tentang kebiasaan belajar
Nama : ….
Kelas : ….
Hari/tanggal : ….
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skala
penilaian
|
||||
SB
|
B
|
C
|
K
|
SK
|
||
1
|
Keaktifan dalam kelas
|
|||||
2
|
Kegiatan diskusi
|
|||||
3
|
Pengerjaan tugas
|
|||||
4
|
tanya jawab
|
|||||
dst
|
-
|
Keterangan:
SB :
Sangat baik
B :
Baik
C :
cukup
K :
Kurang
SK :
Sangat kurang
C. Skala Lajuan
(Rating Scale)
Skala
lajuan atau disebut juga dengan skala bertingkat adalah alat penilaian yang
digunakan evaluator untuk menggolongkan, menilai individu atau situasi. Dalam
rating scale data yang diperoleh evaluator berupa data angka yang kemudain di
deskripsikan, atau dengan kata lain data yang diperoleh merupakan data
kuantitatif kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pada rating scale
ini responden diminta untuk memilih jawaban yang bersifat kuantitatif yang
telah disediakan. Rating scale tidak hanya digiunakan untuk mengukur sikap
seseorang, akan tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi seseorang
terhadap objek tertentu, misalkan fenomena terhadap lingkungan seperti mengukur
status sosial, pengetahuan, kemampuan dan lain sebagainya. Yang paling penting
dalam rating scale adalah seorang evaluator harus mampu dalam menterjemahkan
alternative jawaban yang telah dipilih responden. Misalkan seorang responden
memilih alternative jawaban angka 4, tetapi menurut orang tertentu angka 4
tersebut belum tentu sama dengan angka 4 bagi orang lain yang memilih
alternative jawaban yang sama.[12]
Dalam
mengukur sikap atau penampilan seseorang, pada rating scale ini melalui
pernyataan perilaku individu pada suatu kategori tertentu yang bermakna nilai.
Kategori tersebut diberi nilai dari rentangan tertinggi hingga terendah, yang
bisa berbentuk angka (4, 3, 2, 1) maupun huruf (A, B, C, D), yang rentangan
nilai tersebut dapat bermakna, tinggi, sedang, rendah atau baik, sedang,
kurang.[13]
Pada
intinya skala lajuan (rating scale) merupakan skala penilaian yang bertujuan
untuk menggolongkan atau individu, dengan meminta responden untuk memilih salah
satu alternative jawaban yang berbentuk angka atau kuantitatif, dan kemudian
evaluator menafsirkan angka-angka tersebut kedalam bentuk deskripsi kualitatif.
Dalam
rating scale penilaian yang diberikan oleh evaluator berdasarkan pengalaman
responden terhadap perilaku atau suatu fenomena tertentu secara spontan. Unsur
penilaian terletak pada pandangan pribadi responden terhadap objek yang
dinilai. Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi responden,
dalam rating skale ini untuk memperoleh data yang valid dan reliable responden
yang digunakan tidak boleh hanya seorang saja, melainkan lebih banyak responden
lebih baik.[14]
Ada
empat jenis rating scale diantaranya adalah numerical rating scale,
descriptive
graphic rating scale, ranking method rating scale, dan paired comparisons
rating scale. Namun dari keempat tipe tersebut yang paling sering digunakam
adalah numerical rating scale, descriptive graphic rating scale.
1. Numerical rating scale
Skala penilaian numeric ini terdiri dari sejumlah angka yang
akan memeberikan penyelesaian verbal terhadap hasil perbandingan dari suatu
karakteristik dengan karakteristik lainnya. Karakteristik yang tinngi di
tunjukkan dengan angka yang tingg, demikian pula sebaliknya. Skala numeric ini
sangat berguna apabila karakteristik dapat di kelompok-kelompokkan kedalam
sejumlah kategori tertentu.[15] Tipe numerical rating scala ini dianggap tipe penilaian
yang sangat sederhana baik dari segi bentuk maupun pengolahannya.
Komponen dalam penilaian ini adalah suatu pernyataan yang
menunjukkan kualitas tertentu terhadap suatu objek, yang diikuti oleh angka yng
menunjukkan kualitas objek yang dinilai tersebut.
2. Descriptive graphic rating scale
Skala ini terdiri dari penjelasan-penjelasan yang bertujuan
untuk menetukan karakteristik dalam suatu skala grafik. Karakteristik yang yang
digunakan dalam skala penilaian grafik terdiri dari persyaratan-persyaratan
yang berhubungan, misalnya sering, kadang kadang, jarang, tidak pernah dan lain
sebagainya.[16]
Tipe ini hampir sama dengan numerical rating scale, hanya
saja perbedannya terletak pada alternative skala penilaian. Pada numerical
rating scale menggunakan angka sebagai tanda terhadap kualiras suatu objek yang
di ukur, sedangkan descriptive graphic rating scale, penilaian dengan cara
memberi tanda tertentu. Tipe ini baik digunakan untuk mendiskripsikan profil
suatu kegiatan, prosedur atau hasil kegiatan tertentu.[17]
Dalam
menyusun atau merumuskan skala penilaian atau rating scale, seorang guru harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan
tujuan atau objek yang akan dinilai, agar jelas apa yang ingin dinilai
2. Menentukan
aspek atau variabel yang akan di cantumkan dalam instrument atau item
3. Menetapkan
rentang nilai yang akan digunakan, misalkan nilai angka atau kategori
4. Merumuskan
pernyataan-pernyataan dengan kalimat yang singkat, jelas dan tidak bermakna ganda.
5. Menetapkan
pedoman mengolah dan menafsirkan hasil dari penilaian.[18]
Contoh penilaian dengan
rating scale:
Skala
Penilaian
Penampilan
Guru PAI dalam Mengajar
Nama Guru: ……. Bidang Studi yang
Diajarkan:
………
No
|
Pernyataan
|
Skala
Nilai
|
|||
4
|
3
|
2
|
1
|
||
1
|
Penguasaan materi
pelajaran
|
||||
2
|
Komunikasi dengan siswa
|
||||
3
|
Penerapan metode dan
media pembelajaran
|
||||
4
|
Kejelasan menyampaiakan
pembekajaran
|
||||
5
|
Dst.
|
Keterangan:
4 : Baik sekali 2 :
Cukup
3 : Baik 1 : kurang
D. Skala Sikap
(Attitude Scale)
Sikap
merupakan suatu hal yang melekat pada manusia, sikap mengacu pada perbuatan
atau tingkah laku seseorang, namun tidak semua perbuatan identic dengan sikap,
bisa saja perbuatan seseorang bertentangan dengan sikapnya. Dalam dunia
pendidikan seyogyanya seorang guru harus mencontohkan sikap dan perilaku yang
baik kepada siswanya, selain itu seorang guru juga perlu mengetahui niilai dan
norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap
lingkungan sekitarnya, terutama pada lingkungan sekolah.
Sebagai
seorang guru salah satu cara ntuk mengetahui dan menilai sikap peserta didik
didik yaitu salah satunya dengan menggunakan skala sikap (Attitude Scale).
Skala sikap adalah salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap suatu objek tertentu, yang hasilnya berupa kategori sikap,
yakni menyetujui (positif) atau tidak menyetujui (negative). Dalam mengukur
sikap, hendaknya memperhaikan tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan
konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek,
afeksi berkenaan dengan perasaan seseorang dalam menganggapi obkek yang
dihadapinya, sedangkan konasi berkaitan dengan kecenderungan seseotang untuk
berbuat dengan objek tersebut.[19]
Dalam
skala sikap, responden diberi sebuah pernyataan-pernyataan, kemudian
diresponden diminta untuk menilai pernyataan tersebut, apakah menolaknya atau
menyetujuinya. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan yang di suguhkan harus
bersifat positif atau negative.
Dibawah
ini terdapat beberapa model skala sikap yang biasa digunakan dalam menilai
peserta didik, diantaranya:
1. Untuk
menunjukkan tingkat-tingkat dari objek yang dinilai menggunakan angka, seperti
1,2,3,4 dan seterusnya
2. Menggunakan
frekuensi terjadinya sikap, misal selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak
pernah,
3. Istilah-istilah
yang digunakan berbentuk kualitatif atau bersifat mendieskripsikan, seperti
baik sekali, baik, cukup dan kurang.
4. Menggunakan
kode bilangan atau huruf tertentu, seperti selalu (diberi kode 5), serering
(4), kadang-kadang (3), dan seterusnya.[20]
Ada
beberapa model dalam penilaian skala sikap, diantaranya adalah, model
Thurstone, Linkert, dan Osgood.[21]
1. Model
Thurstone
Pada model ini, suatu
pernyataan ditulis untuk menyatakan sikap terhadap suatu lembaga, organisasi
ataupun kelompok-kelopok tertentu, yang biasanya menggunakan pernyataan
positif, netras atau negative.
2. Metode
Linkert
Metode linkert merupakan
metode yang paling popular dari yang lainnya, karena metode ini lebih mudah
disusun dan di skor. Antara metode linkert dan thurstone hampir sama, yang
membedakan adalah dalam metode Thurstone menggunakan penilaian (Judge),
sedangkan metode linkert tidak. Keduanya bersifat unidimensional artinya semua
pernyataan dapat mengukur hal yang sama.
3. Diferrensial
Sumantik dari Osgood
Jika dalam skala Thurstone
dan Linkert, responden di minta untuk memilih derajar kesepakatan atau ketidak
sepakatan pada item pernyataan tentang penilian terhadap suatu hal, maka skala
differensial sumantik atau Osgood meminta responden untuk menilai suatu objek
dalam skala dua kutub (baik-Buruk).
Dari
beberapa model skala sikap diatas, yang paling sering digunakan dalam penilaian
adalah skala linkert. Dalam skala linkert responden tidak hanya di berikan
pernyataan-pernyataan yang positif saja, melainkan juga diberi
pernyataan-pernyataan yang negative. Setiap item pernyataan dibagi menjadi 5
skala, yaitu sangat setuju, tidak setuju, ragu-ragu, tidak setuju serta sangat
tidak setuju.[22]
Untuk
menyusun skala sikap, seorang guru seharusnya memperhatikan prinsip-prinsip
berikut:
1. Menggunakan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami
2. Menghindari
pernyataan yang bersifat fakta
3. Menghindari
pemakaian kata-kata seperti selalu, tidak pernah, jarang dan lainnya
4. Membuat
pernyataan yang singkat, dan jelas
5. Tidak
menggunakan pernyataan-pernyataaan yang bermakna ganda
6. Menghindari
pernyataan-pernyataan yang diprediksi akan diterima atau di tolak semua oleh
responden
7. Membuat
pernyataan itu sebaiknya yang megandung makna bersifat individual (privasi)[23]
Contoh
format penyusunan skala sikap:
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Pendidika
Agama Islam
Nama :
Kelas :
Hari /Tgl :
Petunjuk:
Pilihlah
salah satu alternative jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan tanda
centang pada kolom yang telah disediakan.
NO
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TT
|
TS
|
STS
|
1
|
Saya
mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam
|
|||||
2
|
Saya
selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran PAI
|
|||||
3
|
Saya
suka membaca buku-buku Pendidikan Agama Islam
|
|||||
6
|
Dst
|
Keterangan:
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TT : Tidak tahu
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
E. Penilaian Berbasis Portofolio
1. Pengertian
Penilaian Portifolio
Penggunaan
istilah portofolio pertama kali digunakan pada didunia potografer dan artis.
Dengan menggunakan portifolio inilah para potografer dapat menampilkan hasil
karya-karyanya kepada publik. Portofolio dalam dunia kesehatan digunakan untuk
melihat perkembangan pertumbuhan bayi dari 0 tahun sampai usia tertentu melalui
Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dalam
dunia pendidikan, portofolio digunakan untuk melihat keberhasilan atau
perkembangan peserta didik dari waku kewaktu setelah mengikuti proses kegiatan
pembelajaran melalui kumpulan karya-karya peserta didik. Portofolio juga
dipendang sebagai suatu proses sosial pedagogis yaitu sebagai collection of
learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang
berwujud sikap, pengetahuan, maupun ketrampilan. Artinya portofolio merupakan
segala pengalaman batiniyah pada diri siswa.[24]
Arti
asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose
papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel
untuk dipakai membawa surat-surat (dokumen-dokumen) lepas, gambar-gambar, atau pamphlet-pamflet
lepas).[25] Jadi, portofolio merupakan kumpulan hasil
kerja seseorang, sehingga dengan melihat kumpulan atau koleksi hasil kerja
tersebut seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apapun
yang telah dicapainya.
Sedangkan Popham (1994) menjelaskan bahwa penilaian
portofolio merupakan penilainan secara berkesinambungan dengan metode
mengumpulkan informasi atau data secara sistemik atas hasil pekerjaan peserta
didik dalam kurun waktu tertentu.[26] Dalam penilaian portofolio, seorang guru mengumpulkan
file-file bukti fisik catatan prestasi peserta didik seperti hasil ulangan,
tugas harian, praktikum dan lain sebagainya, selain itu isi sebuah portofolio
jiga berisi tentang catatan-catatan prestasi non akademik, seperti
kedisiplinan, kerapian, kerajinan, prestasi olahraga dan lain sebagainya yang
akan digunakan untuk mengukur perkembangan siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Secara khusus, penilaian berbasis portofolio digunakan
untuk menilai, a) proses belajar, 2) hasil belajar, 3) proses dan hasil belajar
peserta didik. Walaupun telah menggunakan portofolio seorang guru seyogyanya
juga tetap mengguanakan penilaian dengan cara lain, seperti tes, perbuatan atau
yang lainnya.
Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian
untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya
peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran.
2. Fungsi
dan Tujuan Penilaian Portofolio
Portofolio
berfungsi sebagai alat ukur formatif maupun sumatif, portofolio sebagai alat
ukur formatif diguinakan untik melihat kemajuan peserta didik dari hari kehari
untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan berlajarnya secara mandiri.
Penilaian portofolio juga digunakan untuk penilaian sumatif pada ahir semester,
yaitu digunakan untuk mengukur ketercapain peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran pada mata pelajaran tertentu dalam kurun waktu satu semester.
Fungsi dan tujuan
penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
Fungsi:
- Portofolio
sebagai sumber informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
- Portofolio
sebagai alat penilaian otentik
- Prtofolio
sebagai alat pengajaran yang merupakan komponen kurikulum, karena portofolio
mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan dan menunjukkan hasil karyanya.
- Portofolio
sebagai sumber bagi siswa untuk melakukan penilaian diri.[27]
Tujuan:
- Mendokumentasikan
hasil karya peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran
- Memberi
perhatian kepada peserta didik yang mempunyai prestasi
- Menghargai
perubahan dan perkembangan peserta didik
- Merefleksikan
kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
- Meningkatkan
efektifitas proses pengajaran
- Bertukar
informasi antara orang tua dan guru
- Membina
dan mempercepat perkembangan konsep diri bagi peserta didik
- Meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam melakukan refleksi diri[28]
3. Prinsip-Prinsip
penilaian Portofolio
Pada
penilaian portofolio mengharuskan terjadinya interaksi multi arah, yaitu dari
guru ke peserta didik, dari peserta didik ke guru serta dari peserta didik ke
peserta didik lainnya. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
melakukan penilaian portofolio, diantaranya, mutual trust, confidentiality,
joint ownership, satisfaction, dan relevance. [29]
a. Prinsip
Mutual trust (saling percaya)
Artinya diantara para guru
dan peserta didik tidak ada istilah saling mencurigai, mereka harus saling
percaya, saling membutuhkan, jujur, terbuka dan adil sehingga terciptanya
proses evaluasi yang kondusif.
b. Prinsip
confidentiality (kerahasiaan bersama)
Artinya seorang guru harus
menjaga rahasia semua pekerjaan siswanya, tidak boleh diperlihatkan kepada
orang lain sebelum diadakan pameran, hal ini bertujuan agar bagi pesera didik
yang lemah tidak merasa dipermalukan.
c. Prinsip
joint ownership (milik bersama)
Artinya semua hasil
karya-karya atau pekerjaan peserta didik menjadi milik bersama antara guru dan
peserta didik, maka dari itu harus disimpan dan dijaga bersama. Sebagai seorang
guru seyogyanya harus memberi kemudahan kepada peserta didik untuk dapat
melihat, menyimpan atau mengambil kembali hasil karya-karya mereka.
d. Prinsip
satisfaction (kepuasan)
Artinya semua dokumen hasil
karya dalam rangka pencapaian standar kompetensi harus dapat memuaskan semua
pihak, baik itu guru, peserta didik maupun orang tua, karena dokumen tersebut
merupakan bukti hasil karya peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
e. Prinsip
relevance (Kesesuaian)
Artinya semua hasil karya
peserta didik harus sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Selail itu
penilaian guru terhaap hasil karya siswa tersebut juga harus sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki siswa dalam artian penilaian guru harus objektif sesuai
dengan fakta yang ada.
4. Kelebihan
dan Kelemahan Penilaian Portofolio
Setiap teknik penilaian tentu mempunyai kelebihan
dan kelemahan, begitu juga dengan penilian portofolio ini. Berikut adalah
kelebihan dan kelemahan penilaian portofolio:
a. Kelebihan
-
Dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik, dari waktu kewaktu
melalui hasil karya peserta didik
-
Mempermudah guru dalam melakukan penilaian secara objektif dan adil serta
penilaian yang valid
-
Mengajarkan kepada peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap apa
yang ia lakukan baik dalam kelas maupun di luar kelas dalam eangka menerapkan
program pembelajaran
-
Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
-
Dengan penilaian portofolio peserta didik mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan mereka
-
Dan lain-lain[30]
b. Kelemahan
-
Kurang efektif, karena membutuhkaan waktu yang lama
-
Penilaian portofolio dianggap kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan
teknik penilaian yang lain
-
Kencenderungan guru hanya menilai pencapaian ahir sehingga kurang
memperhatikan proses penilaian.
-
Kurang puasnya orang tua terhadap pencapaian anak, karena penilaian tidak
berbentuk angka
-
Akan sulit dilaksanakan jika menghadapi ujian dalam skala nasional.
-
Dll[31]
5. Tahap-tahap Penilaian Portofolio
Dalam penilaian portofilio ada beberapa tahap yang
harus dilakukan oleh seorang guru, diantaranya:
a.
Menentukan tujuan dari portofolio
Pada
tahap ini guru melakukan kegiatan berupa:
-
Menentukan tujuan penilaian
-
Menentukan untuk apa dilakukan penilaian dengan portofolio, apakah untuk
menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tuanya, untuk penilaian ahir
pembelajaran atau untuk penilaian ahir jenjang pendidikan.
-
Menetukan relevansi antara bukti-bukti dan tujuan kompetensi yang akan
dinilai.
-
Menentukan berapa banyak bukti atau fakta yang ada pada portofolio yang
akan digunakan sebagai bahan penilaian.
-
Menetukan kompetensi inti, kompetensi dasar dan indicator, sesuai dengan
apa yang ingin dinilai dalam portofolio
-
Menentukan tugas yang dikumpulkan oleh peserta didik
b. Menentukan aspek isi yang akan dinilai
Dalam
tahap kedua ini guru melakukan:
-
Menentukan karya-karya siswa yang akan dinilai
-
Menetukan sukap, pengetahuan atau ketrampilan peserta didik yang akan
dinilai
c.
Menentukan susunan atau bentuk portofolio
Dalam
tahap ini yang dilakukan guru adalah:
-
Menentukan bentuk portofolio, yang meliputi, daftar isi dokumen, isi
dokumen, batasan-batasan, serta catatan guru dan orang tua.
-
Menentukan jenis isi dokumen, yaitu menentukan kompetensi dasat dan
indicator apa yang harus di capai dalam bentuk penugasan
-
Memberikan koentar atau nilai terhadap setiap bukti/fakta-fakta yang
diperoleh dari orang tua maupun guru kelas
d. Mensentukan penggunaan portofolio
-
Menentukan kegunaannya (apakah untuk siswa, orang tua, guru, kepala
sekolah atau siswa yang lain)
-
Menentukan bobot nilai portofolio terhadap komponen penilaian lainnya
untukmenentukan nilai ahir[35]
e. Menentukan cara menilai portofolio
-
Menentukan rubric penilaian untuk setiap isi portofilio
BAB III
Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Evaluasi nontes merupakan, salah
satu cara mengevaluasi proses pembelajaran dengan cara melakukan pengamatan
secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti melakukan penilaian dengan
tanpa menggunakan tes, biasanya teknik ini digunakan untuk menilai kepribadian
peserta didik yang meliputi sikap. Sifat, tingkah laku, sifat sosial dan
lain-lain, yang berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan.
2. Dalam
penilaian non tes beberapa cara yang dapat dilakukan guru nuntuk mendapatkan data-data,
seperti melakukan pengamatan, melakukan pencatatan harian, membuat skala sikap
dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk evaluasi non tes diantaranya adalah, Bagan
partisipasi, daftar cek, skala lajuan, skala sikap, serta penilaian berbasis
portofolio.
3. Bagan partisipasi adalah salah salah satu bemtuk
teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau
perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau keaktifan pada
saat proses pembelajaran berlangsung
4. Daftar
cek merupakan salah satu bentuk penilaian yang berisi daftar-datar perilaku
atau kegiatan yang biasa dilakukan seorang peserta didik, kemudian guru
meniainya dengan memberikan tanda centang terhadap aspek-aspek perilaku
tersebut sesuai dengan fakta yang ada pada diri peserta didik.
5. Skala
lajuan (rating scale) merupakan skala penilaian yang bertujuan untuk
menggolongkan atau individu, dengan meminta responden untuk memilih salah satu
alternative jawaban yang berbentuk angka atau kuantitatif, dan kemudian
evaluator menafsirkan angka-angka tersebut kedalam bentuk deskripsi kualitatif.
Dalam rating scale penilaian yang diberikan oleh evaluator berdasarkan
pengalaman responden terhadap perilaku atau suatu fenomena tertentu secara
spontan
6. Skala
sikap adalah salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap suatu objek tertentu, yang hasilnya berupa kategori sikap,
yakni menyetujui (positif) atau tidak menyetujui (negative). Dalam mengukur sikap,
hendaknya memperhaikan tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi.
Ada beberapa model dalam penilaian skala sikap, diantaranya model Thurstone,
Linkert, dan Osgood
7. Penilaian
berbasis portofolio adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta
didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses
pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi
Intraksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
___________. 2009. Evaluasi
pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djaali dan Pudji Mulyono.
2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Jihad, Asep dan Abdul
Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo,
Cet. III
Slameto. 2001. Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Soewandi, A.M. slamet.
“Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal. Universitas Sanata darma. Hlm
197-209
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sujana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan
Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surapranata,
Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
___________http://tbp-unj.blogspot.co.id/2011/10/c-macam-macam-instrumen-penilaian-hasil.html
___________http://abyatma.blogspot.co.id/2013/11/instrumen-tes.html
___________http://xerma.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-rating-scale.htm
___________https://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/pengembangan-instrumen-non-tes/
[1] Djuju Sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar
Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006), Hlm. 173
[2] Zainal Arifin, Evaluasi
Intraksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarta,
1990), Hlm. 49
[3] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi
Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. III, 2009), Hlm. 69-70
[4] Ibid, Hlm. 70-79
[5] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi
Pembelajaran…….Hlm. 70-71
[6]
http://tbp-unj.blogspot.co.id/2011/10/c-macam-macam-instrumen-penilaian-hasil.html
[7]
http://abyatma.blogspot.co.id/2013/11/instrumen-tes.html
[8] Slameto, Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Hlm. 96
[9] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Hlm. 164
[10] Slameto, Evaluasi Pendidikan,……….Hlm.
98-99
[11] Ibid, Hlm. 99-100
[12] Djaali dan Pudji Mulyono. Pengukuran
dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2007), Hlm. 29-30
[13] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm. 77
[14] www.xerma.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-rating-scale.htm
[15] Slameto, Evaluasi Pendidikan,……….
Hlm. 101-102
[16] Ibid.,
[17] https://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/pengembangan-instrumen-non-tes/
[18] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar,……, Hlm. 78
[19] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, ……., Hlm. 80
[20] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran……. Hlm. 160
[21] Slameto, Evaluasi Pendidikan…….Hlm.
126
[22] Ibid,.
[23] Slameto, Evaluasi Pendidikan,
……..Hlm. 125-126
[24] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran……Hlm 197
[25] A.M. slamet soewandi. “Penilaian
dengan Portofolio”. Jurnal. Universitas Sanata darma. Hlm 197-209
[26] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran……….Hlm. 198
[27] Zainal
arifin. Evaluasi pembelajaran……….Hlm. 201
[28] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian
Portofolio: Implementasi
Kurikulum 2004. (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2006). Hlm. 76
[29] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran……….Hlm. 202-203
[30] Zainal arifin. Evaluasi
pembelajaran……….Hlm. 205-206
[31] Ibid,
[32] Sumarna
Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian
Portofolio……….Hlm
75
[33] Ibid,.
[35] Ibid, Hlm. 76
[36] Ibid,.
Subscribe to:
Posts (Atom)
MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu : Muchlis Anshori, S. ...

-
TOKOH-TOKOH ILMU KALAM DAN PEMIKIRANNYA Tugas ini disusun G una M emenuh...
-
Evaluasi Pembelajaran dengan Teknik Non Tes Dosen Pengampu : Dr. Adrian, M.Pd. Disusun oleh : Irwanto ...