Wednesday, 5 April 2017

Evaluasi Pembelajaran dengan Teknik Non Tes





Evaluasi Pembelajaran dengan Teknik
Non Tes

Dosen Pengampu :
Dr. Adrian, M.Pd.





Disusun oleh :

Irwanto                    (143111305)



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2017
BAB I

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu wadah bagi seorang peserta didik untuk berkembang dan meningkatkan potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan dikatakan berhasil apabila terdapat perubahan perilaku dalam diri seorang siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, yang berawal dari kurang baik menjadi baik dan dari belum bisa menjadi bisa. Tentunya untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu pendidikan harus menggunakan alat yaitu disebut dengan evaluasi. Selain untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu pendidikan fungsi utama evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dalam proses mengevaluasi ada dua pengertian yang berbeda yaitu mengukur dan menilai. Mengukur merupakan suatu proses yang memerlukan suatu alat ukur yang sudah dibakukan, seperti mengukur tinggi-rendah, panjang-pendek dan lain sebagainya, yang tentunya alat ukur yang digunakanpun telah memenuhi standarisasi pembakuan. Adapun penilaian merupakan mengambis suatu keputusan menganai suatu hal dengan ukuran baik dan buruk, yang tentunya suatu penilaian dapat dilakukan setelah adanya pengukuran terhadap objek yang dinilai.
Dalam dunia pendidikan terdapat dua teknik evaluasi yaitu tes dan non tes. Evaluasi tes merupakan suatu percobaan yang dilaukan untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan-perubahan yang terjadi pada anak didik dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban-jawaban dari siswa dalam bentuk tulis maupun lisan. Teknik tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkaitan dengan aspek kognitif atau kemampuan anak dalam memahami suatu materi pelajaran. Sedangkan teknik non tes merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tanpa menggunakan tes. Non tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkaitan dengan sofskill yang meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial dan lain sebagainya. Dalam evaliasi non tes biasanya alat ukur yang digunakan adalah angket dan wawancara.
Namun evaluasi non tes ini masih sangat jarang digunakan untuk menilai hasil proses pembelajaran. Karena pada umumnya para guru lebih banyak menggunakan tes dari pada non tes. Evaluasi dengan teknik tes dinilai lebih praktis penggunaannya mengingat alatnya mudah dibuat dan yang dinilai lebih banyak pada aspek kognitif saja. Berangkat dari latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan menguraikan sedikit banyk tentang evaluasi non tes.

B. Rumusan Masalah
1.  Apakah yang dimaksud dengan evaluasi non tes?
2.  Apakah yang dimaksud dengan bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan serta sekla sikap?
3.  Apakah yang dimaksud dengan penilaian berbasis portofolio?

C. Tujuan Masalah
1.  Untuk memahami devinisi evaluasi non tes
2.  Untuk mengetahui devinisi bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan serta skala sikap
3.  Untuk memahami penilaian berbasis portofolio



BAB II

Evaluasi Non Tes
Secara bahasa kata evaluasi berasal dari kata evaluation yang artinya penilaian atau penaksiran. Secara istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui sesuatu objek dengan menggunakan suatu alat ukur dan dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.[1]
Dalam dunia pendidikan mengenal dua jelis evaluasi yaitu evaluasi tes dan evaluasi non tes. Evaluasi dengan teknik tes adalah suatu teknik evaluasi dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh responden/peserta didik dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan anak dalam memahami suapu materi pelajaran. Ada banyak sekali jenis-jenis evaluasi tes, seperti tes formatif, sumatif, diagnostic, penempatan dll.
Kemudian evaluasi non tes merupakan salah satu teknik evaluasi selain tes yang digunkan untuk mengukur seberapa jauh perubahan tingkah laku dan perkembangan anak[2]. Non tes adalah salah satu cara mengevaluasi pembelajaran dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti melakukan penilaian dengan tanpa menggunakan tes, biasanya teknik ini digunakan untuk menilai kepribadian peserta didik yang meliputi sikap. Sifat, tingkah laku, sifat sosial dan lain-lain, yang berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran dalam pendidikan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan data penilaian, diantaranya adalah:
-     Melalui pengamatan guru terhadap perilaku siswa, baik secara individu maupun kelompok, baik itu dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
-     Membuat skala sikap, skala sikap digunakan untuk mengungkap perilaku-perilaku atau keaktifan peserta didik
-     Melalui catatan harian, yaitu mencatat perilaku-perilaku peserta didik dalam kegiatan pembelajaran harian yang dinilai mempunyai kontribusi terhadap perkembangan dirinya.[3]
Dalam evaluasi non tes ada beberapa aspek yang diungkap dalam proses penilaian, diantaranya:
1.  Catatan Perilaku Harian
Dalam proses pendidikan perilaku harian seorang peserta didik merupakan hal yang sangat penting, karena hal tersebut merupakan implikasi dari hasil pembelajaran, yang berupa perilaku positif dan perilaku negative. Perilaku positif yang muncul seperti, disiplin, tanggung jawab, setia kawan, jujur, bergotong royong dll. Adapun perilaku yang negative seperti, nyontek waktu ujian, bolos sekolah, mencoret-coret bangku dll.
Tujuan pencatatan perilaku harian adalah untuk memperoleh bukti perilaku-perilaku siswa secara tertuis, yang akan digunakan untuk melakukan evaluasi ahir. Kegiatan evaluasi tersebut dipergunakan untuk menghindari keselahan-kesalahan pada pembelajarang yang akan datang.Catatan perilaku harian dilakukan secara berkala, misal 1 minggu sekali perilaku siswa tadi di catat oleh guru pada portofolio mereka masing-masing.[4]
2.  Laporan Aktivitas diluar Kelas
Lingkungan belajar bukan hanya terpaku di dalam kelas saja, akan tetapi diluar kelas pun dapat dijadikan tempat pembelajaran, seperti laboratotium, masjid, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Agar lingkungan luar sekolah dapat dijadikan tenpat pembelajaran, guru meminta peserta didik untuk melaporkan aktivitas mereka di luar kelas yang mendukung proses pembelajaran.
Misalkan bagi siswa yang tengah mempelajari materi Pendidika Agama Islam, dapat melaporkan kegiatanya dalam mengikuti TPQ, keterangan mengikuti pengajian rutin, keterangan mengikuti pesantren kilat dan sebagaianya.[5]
Dalam evaluasi non tes juga terdapat banyak sekali macam dan jenisnya seperti, angket, wawancara, observasi, portofolio, daftar cek, skala penilaian dll. Namun pada pembahasan kali ini penulis hanya terbatas pada beberapa teknik evaluasi non tes saja, diantaranya Bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan, skala sikap, serta penilaian berbasis portofolio.

A. Bagan Partisipasi (Participation Charts)
Keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu tujuan yang inigin dicapai dalam porses pembelajaran. Partisipasi perserta didik merupakan salah satu usaha memudahkan peserta didik dalam memahami suapau pelajaran tertentu. Kemauan untuk berpartisipasi dan keterlibatan dalam pembelajaran merupakan salah satu indicator seorang siswa dalam menyesuaikan diri dalam proses pembelajaran. [6]
Selain untuk memudahkan siswa dalam memahami materi, keikutsertaan ini juga dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri, serta meningkatkan harga diri peserta didik. Dengan demikian keikut sertaan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran harus diukur, karena mempunyai informasi-informasi tentang hasil belajar yang bersifayt non kognitif, maka dari itu untuk mengukur tingkat keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran ada salah satu teknik evaluasi yang disebut dengan bagan partisipasi (Participation Charts).[7]
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengn bagan partisipasi adalah salah salah satu bemtuk teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Bagan partisipasi sangat berguna untuk mengamati peserta didik pada saat diskusi.
Contoh penyusunan bagan partisipasi:
Participation Charts
Mata pelajaran    :
Topik                 :
Tanggal              :
Waktu                :

No
Nama
Kualitas Keikut sertaan
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
1
Diah ayu R




2
Andi Kurniawan




3
Sinta




4
Bayu kurnia




5
Candra H




6
Dst,





B. Daftar Cek (Check List)
Daftar cek merupakan pedoman penilaian yang berisi tentang daftar aspek tingkah laku atau perbuatan seseorang yang sengaja dibuat untuk mengetahui ada tidaknya aspek-aspek tungkah laku tertentu pada seseorang yang akan dinilai.[8]
Daftar cek merupakan alat evaluasi yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan di nilai. Daftar cek memungkinkan evaluator atau seorang guru dapat menilai atau mencatat setiap perilaku peserta didik. Dalam dafter cek terdapat berbagai macam perilaku atau kegiatan yang biasa dilakukan peserta didik, kemudian guru hanya memberikan tanda centang (√) pada tiap aspek sesuai dengan hasil penilaian.[9]
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa daftar cek merupakan salah satu bentuk penilaian yang berisi daftar-datar perilaku atau kegiatan yang biasa dilakukan seorang peserta didik, kemudian guru meniainya dengan memberikan tanda centang terhadap aspek-aspek perilaku tersebut sesuai dengan fakta yang ada pada diri peserta didik.
Daftar cek sebagai alat evaluasi mempunyai fingsi sebagai berikut:
1.  Untuk memudahkan evaluator dalam mengumpulkan data, karena hanya memberikan tanda centang terhadap aspek tertentu, sehingga proses penilaian tidak banyak memakan waktu.
2.  Hasil data yang diperoleh bersifat mendalam, teliti dan luas, karena item-item atau aspek-aspek yang akan dinilai telah disusun terlebih dahulu yang tentunya telah disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.[10]
Adapun tujuan yang dapat dicapai penilaian dengan daftar cek adalah sebagai berikut:
1.  Daftar cek bertujuan untuk mengumpulkan data untuk tujuan orientasi, artinya data yang dikumpulkan dapat menggambarkan tingkah laku, sifat, sikap kebiasaan, serta nminat peserta didik dalam kehidupanya dilingkungan sekolah, terutama dalam kegiatan pembelajaran.
2.  Daftar cek bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran, artinya data yang diperoleh mampu memberikan keterangan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran, sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dapat segera dilaksanakan[11]
Dalam menyusun daftar cek, seorang evaluator atau guru juga harus memperhatikan srtuktur penyusunanya, adapun struktur penyusunan daftar cek adalah sebagai berikut:
1.  Judul daftar cek, berisi mengenai tujuan dan maksud penilaian, seperti untuk menilai kegiatan belajar di kelas, kegiatan diluar kelas, kegiatan workshop dan lain sebagainya. Evaluator tinggal meilih daftar cek mana yang akan digunakan sesuai dengan tujuan data apa yang akan diperoleh.
2.  Kolom kelas dan nama siswa yang akan dinilai, serta tanggal dan tempat penilaian
3.  Petunjuk pengisian daftar cek
4.  Item-item daftar cek
5.  Kolom skor dan analisa, pada kolom ini guru mengisi atau menilai serta menganalisa data hasil penilaian
6.  Kolom saran atau komentar
7.  Kolom nama dan tanda tangan guru
Contoh penyusunan daftar cek:
Daftar cek tentang kebiasaan belajar

Nama                 : ….
Kelas                  : ….
Hari/tanggal       : ….

No
Aspek yang dinilai
Skala penilaian
SB
B
C
K
SK
1
Keaktifan dalam kelas





2
Kegiatan diskusi





3
Pengerjaan tugas





4
tanya jawab





dst
-






Keterangan:
SB    : Sangat baik
B      : Baik
C      : cukup
K      : Kurang
SK    : Sangat kurang

C.   Skala Lajuan (Rating Scale)
Skala lajuan atau disebut juga dengan skala bertingkat adalah alat penilaian yang digunakan evaluator untuk menggolongkan, menilai individu atau situasi. Dalam rating scale data yang diperoleh evaluator berupa data angka yang kemudain di deskripsikan, atau dengan kata lain data yang diperoleh merupakan data kuantitatif kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Pada rating scale ini responden diminta untuk memilih jawaban yang bersifat kuantitatif yang telah disediakan. Rating scale tidak hanya digiunakan untuk mengukur sikap seseorang, akan tetapi juga dapat digunakan untuk mengukur persepsi seseorang terhadap objek tertentu, misalkan fenomena terhadap lingkungan seperti mengukur status sosial, pengetahuan, kemampuan dan lain sebagainya. Yang paling penting dalam rating scale adalah seorang evaluator harus mampu dalam menterjemahkan alternative jawaban yang telah dipilih responden. Misalkan seorang responden memilih alternative jawaban angka 4, tetapi menurut orang tertentu angka 4 tersebut belum tentu sama dengan angka 4 bagi orang lain yang memilih alternative jawaban yang sama.[12]
Dalam mengukur sikap atau penampilan seseorang, pada rating scale ini melalui pernyataan perilaku individu pada suatu kategori tertentu yang bermakna nilai. Kategori tersebut diberi nilai dari rentangan tertinggi hingga terendah, yang bisa berbentuk angka (4, 3, 2, 1) maupun huruf (A, B, C, D), yang rentangan nilai tersebut dapat bermakna, tinggi, sedang, rendah atau baik, sedang, kurang.[13]
Pada intinya skala lajuan (rating scale) merupakan skala penilaian yang bertujuan untuk menggolongkan atau individu, dengan meminta responden untuk memilih salah satu alternative jawaban yang berbentuk angka atau kuantitatif, dan kemudian evaluator menafsirkan angka-angka tersebut kedalam bentuk deskripsi kualitatif.
Dalam rating scale penilaian yang diberikan oleh evaluator berdasarkan pengalaman responden terhadap perilaku atau suatu fenomena tertentu secara spontan. Unsur penilaian terletak pada pandangan pribadi responden terhadap objek yang dinilai. Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi responden, dalam rating skale ini untuk memperoleh data yang valid dan reliable responden yang digunakan tidak boleh hanya seorang saja, melainkan lebih banyak responden lebih baik.[14]
Ada empat jenis rating scale diantaranya adalah numerical rating scale, descriptive graphic rating scale, ranking method rating scale, dan paired comparisons rating scale. Namun dari keempat tipe tersebut yang paling sering digunakam adalah numerical rating scale, descriptive graphic rating scale.
1.  Numerical rating scale
Skala penilaian numeric ini terdiri dari sejumlah angka yang akan memeberikan penyelesaian verbal terhadap hasil perbandingan dari suatu karakteristik dengan karakteristik lainnya. Karakteristik yang tinngi di tunjukkan dengan angka yang tingg, demikian pula sebaliknya. Skala numeric ini sangat berguna apabila karakteristik dapat di kelompok-kelompokkan kedalam sejumlah kategori tertentu.[15] Tipe numerical rating scala ini dianggap tipe penilaian yang sangat sederhana baik dari segi bentuk maupun pengolahannya.
Komponen dalam penilaian ini adalah suatu pernyataan yang menunjukkan kualitas tertentu terhadap suatu objek, yang diikuti oleh angka yng menunjukkan kualitas objek yang dinilai tersebut.
2.  Descriptive graphic rating scale
Skala ini terdiri dari penjelasan-penjelasan yang bertujuan untuk menetukan karakteristik dalam suatu skala grafik. Karakteristik yang yang digunakan dalam skala penilaian grafik terdiri dari persyaratan-persyaratan yang berhubungan, misalnya sering, kadang kadang, jarang, tidak pernah dan lain sebagainya.[16]
Tipe ini hampir sama dengan numerical rating scale, hanya saja perbedannya terletak pada alternative skala penilaian. Pada numerical rating scale menggunakan angka sebagai tanda terhadap kualiras suatu objek yang di ukur, sedangkan descriptive graphic rating scale, penilaian dengan cara memberi tanda tertentu. Tipe ini baik digunakan untuk mendiskripsikan profil suatu kegiatan, prosedur atau hasil kegiatan tertentu.[17]
Dalam menyusun atau merumuskan skala penilaian atau rating scale, seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.  Menentukan tujuan atau objek yang akan dinilai, agar jelas apa yang ingin dinilai
2.  Menentukan aspek atau variabel yang akan di cantumkan dalam instrument atau item
3.  Menetapkan rentang nilai yang akan digunakan, misalkan nilai angka atau kategori
4.  Merumuskan pernyataan-pernyataan dengan kalimat yang singkat, jelas dan tidak bermakna ganda.
5.  Menetapkan pedoman mengolah dan menafsirkan hasil dari penilaian.[18]

Contoh penilaian dengan rating scale:

Skala Penilaian
Penampilan Guru PAI dalam Mengajar

Nama Guru: …….                                                 Bidang Studi yang
                                                                         Diajarkan: ………
No
Pernyataan
Skala Nilai
4
3
2
1
1
Penguasaan materi pelajaran




2
Komunikasi dengan siswa




3
Penerapan metode dan media pembelajaran




4
Kejelasan menyampaiakan pembekajaran




5
Dst.





Keterangan:
4    : Baik sekali                      2        : Cukup
3    : Baik                              1        : kurang

D.  Skala Sikap (Attitude Scale)
Sikap merupakan suatu hal yang melekat pada manusia, sikap mengacu pada perbuatan atau tingkah laku seseorang, namun tidak semua perbuatan identic dengan sikap, bisa saja perbuatan seseorang bertentangan dengan sikapnya. Dalam dunia pendidikan seyogyanya seorang guru harus mencontohkan sikap dan perilaku yang baik kepada siswanya, selain itu seorang guru juga perlu mengetahui niilai dan norma yang ada pada peserta didik, bahkan sikap peserta didik terhadap lingkungan sekitarnya, terutama pada lingkungan sekolah.
Sebagai seorang guru salah satu cara ntuk mengetahui dan menilai sikap peserta didik didik yaitu salah satunya dengan menggunakan skala sikap (Attitude Scale). Skala sikap adalah salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu, yang hasilnya berupa kategori sikap, yakni menyetujui (positif) atau tidak menyetujui (negative). Dalam mengukur sikap, hendaknya memperhaikan tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseorang terhadap suatu objek, afeksi berkenaan dengan perasaan seseorang dalam menganggapi obkek yang dihadapinya, sedangkan konasi berkaitan dengan kecenderungan seseotang untuk berbuat dengan objek tersebut.[19]
Dalam skala sikap, responden diberi sebuah pernyataan-pernyataan, kemudian diresponden diminta untuk menilai pernyataan tersebut, apakah menolaknya atau menyetujuinya. Oleh karena itu pernyataan-pernyataan yang di suguhkan harus bersifat positif atau negative.
Dibawah ini terdapat beberapa model skala sikap yang biasa digunakan dalam menilai peserta didik, diantaranya:
1.  Untuk menunjukkan tingkat-tingkat dari objek yang dinilai menggunakan angka, seperti 1,2,3,4 dan seterusnya
2.  Menggunakan frekuensi terjadinya sikap, misal selalu, sering, kadang-kadang, jarang, tidak pernah,
3.  Istilah-istilah yang digunakan berbentuk kualitatif atau bersifat mendieskripsikan, seperti baik sekali, baik, cukup dan kurang.
4.  Menggunakan kode bilangan atau huruf tertentu, seperti selalu (diberi kode 5), serering (4), kadang-kadang (3), dan seterusnya.[20]
Ada beberapa model dalam penilaian skala sikap, diantaranya adalah, model Thurstone, Linkert, dan Osgood.[21]
1.  Model Thurstone
Pada model ini, suatu pernyataan ditulis untuk menyatakan sikap terhadap suatu lembaga, organisasi ataupun kelompok-kelopok tertentu, yang biasanya menggunakan pernyataan positif, netras atau negative.
2.  Metode Linkert
Metode linkert merupakan metode yang paling popular dari yang lainnya, karena metode ini lebih mudah disusun dan di skor. Antara metode linkert dan thurstone hampir sama, yang membedakan adalah dalam metode Thurstone menggunakan penilaian (Judge), sedangkan metode linkert tidak. Keduanya bersifat unidimensional artinya semua pernyataan dapat mengukur hal yang sama.
3.  Diferrensial Sumantik dari Osgood
Jika dalam skala Thurstone dan Linkert, responden di minta untuk memilih derajar kesepakatan atau ketidak sepakatan pada item pernyataan tentang penilian terhadap suatu hal, maka skala differensial sumantik atau Osgood meminta responden untuk menilai suatu objek dalam skala dua kutub (baik-Buruk).
Dari beberapa model skala sikap diatas, yang paling sering digunakan dalam penilaian adalah skala linkert. Dalam skala linkert responden tidak hanya di berikan pernyataan-pernyataan yang positif saja, melainkan juga diberi pernyataan-pernyataan yang negative. Setiap item pernyataan dibagi menjadi 5 skala, yaitu sangat setuju, tidak setuju, ragu-ragu, tidak setuju serta sangat tidak setuju.[22]
Untuk menyusun skala sikap, seorang guru seharusnya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1.  Menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami
2.  Menghindari pernyataan yang bersifat fakta
3.  Menghindari pemakaian kata-kata seperti selalu, tidak pernah, jarang dan lainnya
4.  Membuat pernyataan yang singkat, dan jelas
5.  Tidak menggunakan pernyataan-pernyataaan yang bermakna ganda
6.  Menghindari pernyataan-pernyataan yang diprediksi akan diterima atau di tolak semua oleh responden
7.  Membuat pernyataan itu sebaiknya yang megandung makna bersifat individual (privasi)[23]
Contoh format penyusunan skala sikap:
Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran Pendidika Agama Islam
Nama       :
Kelas        :
Hari          /Tgl    :
Petunjuk:
Pilihlah salah satu alternative jawaban yang paling sesuai dengan cara memberikan tanda centang pada kolom yang telah disediakan.
NO
Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
1
Saya mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran Pendidikan Agama Islam





2
Saya selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran PAI





3
Saya suka membaca buku-buku Pendidikan Agama Islam





6
Dst








Keterangan:
SS    : Sangat setuju
S      : Setuju
TT    : Tidak tahu
TS    : Tidak setuju
STS  : Sangat tidak setuju

E.  Penilaian Berbasis Portofolio
1.  Pengertian Penilaian Portifolio
Penggunaan istilah portofolio pertama kali digunakan pada didunia potografer dan artis. Dengan menggunakan portifolio inilah para potografer dapat menampilkan hasil karya-karyanya kepada publik. Portofolio dalam dunia kesehatan digunakan untuk melihat perkembangan pertumbuhan bayi dari 0 tahun sampai usia tertentu melalui Kartu Menuju Sehat (KMS).
Dalam dunia pendidikan, portofolio digunakan untuk melihat keberhasilan atau perkembangan peserta didik dari waku kewaktu setelah mengikuti proses kegiatan pembelajaran melalui kumpulan karya-karya peserta didik. Portofolio juga dipendang sebagai suatu proses sosial pedagogis yaitu sebagai collection of learning experience yang terdapat dalam pikiran peserta didik, baik yang berwujud sikap, pengetahuan, maupun ketrampilan. Artinya portofolio merupakan segala pengalaman batiniyah pada diri siswa.[24]
Arti asli portofolio adalah a hinged cover or flexible case for carrying loose papers, pictures, or phamplets (semacam map, kotak, atau tas yang fleksibel untuk dipakai membawa surat-surat (dokumen-dokumen) lepas, gambar-gambar, atau pamphlet-pamflet lepas).[25]  Jadi, portofolio merupakan kumpulan hasil kerja seseorang, sehingga dengan melihat kumpulan atau koleksi hasil kerja tersebut seseorang dapat menelusuri riwayat perkembangan prestasi atau apapun yang telah dicapainya.
Sedangkan Popham (1994) menjelaskan bahwa penilaian portofolio merupakan penilainan secara berkesinambungan dengan metode mengumpulkan informasi atau data secara sistemik atas hasil pekerjaan peserta didik dalam kurun waktu tertentu.[26] Dalam penilaian portofolio, seorang guru mengumpulkan file-file bukti fisik catatan prestasi peserta didik seperti hasil ulangan, tugas harian, praktikum dan lain sebagainya, selain itu isi sebuah portofolio jiga berisi tentang catatan-catatan prestasi non akademik, seperti kedisiplinan, kerapian, kerajinan, prestasi olahraga dan lain sebagainya yang akan digunakan untuk mengukur perkembangan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Secara khusus, penilaian berbasis portofolio digunakan untuk menilai, a) proses belajar, 2) hasil belajar, 3) proses dan hasil belajar peserta didik. Walaupun telah menggunakan portofolio seorang guru seyogyanya juga tetap mengguanakan penilaian dengan cara lain, seperti tes, perbuatan atau yang lainnya.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian portofolio adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran.

2.  Fungsi dan Tujuan Penilaian Portofolio
Portofolio berfungsi sebagai alat ukur formatif maupun sumatif, portofolio sebagai alat ukur formatif diguinakan untik melihat kemajuan peserta didik dari hari kehari untuk memotivasi peserta didik dalam meningkatkan berlajarnya secara mandiri. Penilaian portofolio juga digunakan untuk penilaian sumatif pada ahir semester, yaitu digunakan untuk mengukur ketercapain peserta didik setelah mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran tertentu dalam kurun waktu satu semester.



Fungsi dan tujuan penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
Fungsi:
-      Portofolio sebagai sumber informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat perkembangan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
-      Portofolio sebagai alat penilaian otentik
-      Prtofolio sebagai alat pengajaran yang merupakan komponen kurikulum, karena portofolio mengharuskan peserta didik untuk mengumpulkan dan menunjukkan hasil karyanya.
-      Portofolio sebagai sumber bagi siswa untuk melakukan penilaian diri.[27]

Tujuan:
-      Mendokumentasikan hasil karya peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran
-      Memberi perhatian kepada peserta didik yang mempunyai prestasi
-      Menghargai perubahan dan perkembangan peserta didik
-      Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan melakukan eksperimentasi.
-      Meningkatkan efektifitas proses pengajaran
-      Bertukar informasi antara orang tua dan guru
-      Membina dan mempercepat perkembangan konsep diri bagi peserta didik
-      Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan refleksi diri[28]

3.  Prinsip-Prinsip penilaian Portofolio
Pada penilaian portofolio mengharuskan terjadinya interaksi multi arah, yaitu dari guru ke peserta didik, dari peserta didik ke guru serta dari peserta didik ke peserta didik lainnya. Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio, diantaranya, mutual trust, confidentiality, joint ownership, satisfaction, dan relevance. [29]
a.  Prinsip Mutual trust (saling percaya)
Artinya diantara para guru dan peserta didik tidak ada istilah saling mencurigai, mereka harus saling percaya, saling membutuhkan, jujur, terbuka dan adil sehingga terciptanya proses evaluasi yang kondusif.
b.  Prinsip confidentiality (kerahasiaan bersama)
Artinya seorang guru harus menjaga rahasia semua pekerjaan siswanya, tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain sebelum diadakan pameran, hal ini bertujuan agar bagi pesera didik yang lemah tidak merasa dipermalukan.
c.   Prinsip joint ownership (milik bersama)
Artinya semua hasil karya-karya atau pekerjaan peserta didik menjadi milik bersama antara guru dan peserta didik, maka dari itu harus disimpan dan dijaga bersama. Sebagai seorang guru seyogyanya harus memberi kemudahan kepada peserta didik untuk dapat melihat, menyimpan atau mengambil kembali hasil karya-karya mereka.
d.  Prinsip satisfaction (kepuasan)
Artinya semua dokumen hasil karya dalam rangka pencapaian standar kompetensi harus dapat memuaskan semua pihak, baik itu guru, peserta didik maupun orang tua, karena dokumen tersebut merupakan bukti hasil karya peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran.
e.  Prinsip relevance (Kesesuaian)
Artinya semua hasil karya peserta didik harus sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Selail itu penilaian guru terhaap hasil karya siswa tersebut juga harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa dalam artian penilaian guru harus objektif sesuai dengan fakta yang ada.


4.  Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Portofolio
Setiap teknik penilaian tentu mempunyai kelebihan dan kelemahan, begitu juga dengan penilian portofolio ini. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan penilaian portofolio:
a.  Kelebihan
-     Dapat melihat perkembangan kemampuan peserta didik, dari waktu kewaktu melalui hasil karya peserta didik
-     Mempermudah guru dalam melakukan penilaian secara objektif dan adil serta penilaian yang valid
-     Mengajarkan kepada peserta didik untuk bertanggung jawab terhadap apa yang ia lakukan baik dalam kelas maupun di luar kelas dalam eangka menerapkan program pembelajaran
-     Meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
-     Dengan penilaian portofolio peserta didik mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan mereka
-     Dan lain-lain[30]
b.  Kelemahan
-     Kurang efektif, karena membutuhkaan waktu yang lama
-     Penilaian portofolio dianggap kurang dapat dipercaya dibandingkan dengan teknik penilaian yang lain
-     Kencenderungan guru hanya menilai pencapaian ahir sehingga kurang memperhatikan proses penilaian.
-     Kurang puasnya orang tua terhadap pencapaian anak, karena penilaian tidak berbentuk angka
-     Akan sulit dilaksanakan jika menghadapi ujian dalam skala nasional.
-     Dll[31]




5.  Tahap-tahap Penilaian Portofolio
Dalam penilaian portofilio ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh seorang guru, diantaranya:
a.    Menentukan tujuan dari portofolio
Pada tahap ini guru melakukan kegiatan berupa:
-     Menentukan tujuan penilaian
-     Menentukan untuk apa dilakukan penilaian dengan portofolio, apakah untuk menunjukkan proses pembelajaran kepada orang tuanya, untuk penilaian ahir pembelajaran atau untuk penilaian ahir jenjang pendidikan.
-     Menetukan relevansi antara bukti-bukti dan tujuan kompetensi yang akan dinilai.
-     Menentukan berapa banyak bukti atau fakta yang ada pada portofolio yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.
-     Menetukan kompetensi inti, kompetensi dasar dan indicator, sesuai dengan apa yang ingin dinilai dalam portofolio
-     Menentukan tugas yang dikumpulkan oleh peserta didik
-     Menentukan apakah portofolio digunakan untuk penilaian formatif atau sumatif.[32]
b.  Menentukan aspek isi yang akan dinilai
Dalam tahap kedua ini guru melakukan:
-     Menentukan karya-karya siswa yang akan dinilai
-     Menetukan sukap, pengetahuan atau ketrampilan peserta didik yang akan dinilai
-     Menentukan banyaknya data yang akan digunakan sebagai bahan penilaian.[33]
c.   Menentukan susunan atau bentuk portofolio
Dalam tahap ini yang dilakukan guru adalah:
-     Menentukan bentuk portofolio, yang meliputi, daftar isi dokumen, isi dokumen, batasan-batasan, serta catatan guru dan orang tua.
-     Menentukan jenis isi dokumen, yaitu menentukan kompetensi dasat dan indicator apa yang harus di capai dalam bentuk penugasan
-     Memberikan koentar atau nilai terhadap setiap bukti/fakta-fakta yang diperoleh dari orang tua maupun guru kelas
-     Menentukan definisi tiap-tiap kategori isi dokumen[34]
d.  Mensentukan penggunaan portofolio
-     Menentukan kegunaannya (apakah untuk siswa, orang tua, guru, kepala sekolah atau siswa yang lain)
-     Menentukan bobot nilai portofolio terhadap komponen penilaian lainnya untukmenentukan nilai ahir[35]
e.  Menentukan cara menilai portofolio
-     Menentukan rubric penilaian untuk setiap isi portofilio
-     Menentukan penilai, apakah dari guru sendiri atau guru dan siswa[36]




BAB III

Kesimpulan
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.  Evaluasi nontes merupakan, salah satu cara mengevaluasi proses pembelajaran dengan cara melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi non tes berarti melakukan penilaian dengan tanpa menggunakan tes, biasanya teknik ini digunakan untuk menilai kepribadian peserta didik yang meliputi sikap. Sifat, tingkah laku, sifat sosial dan lain-lain, yang berhubungan dengan proses kegiatan pembelajaran dalam pendidikan.
2.  Dalam penilaian non tes beberapa cara yang dapat dilakukan guru nuntuk mendapatkan data-data, seperti melakukan pengamatan, melakukan pencatatan harian, membuat skala sikap dan sebagainya. Adapun bentuk-bentuk evaluasi non tes diantaranya adalah, Bagan partisipasi, daftar cek, skala lajuan, skala sikap, serta penilaian berbasis portofolio.
3.  Bagan partisipasi adalah salah salah satu bemtuk teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan atau perkembangan peserta didik melalui daftar keikutsertaan atau keaktifan pada saat proses pembelajaran berlangsung
4.  Daftar cek merupakan salah satu bentuk penilaian yang berisi daftar-datar perilaku atau kegiatan yang biasa dilakukan seorang peserta didik, kemudian guru meniainya dengan memberikan tanda centang terhadap aspek-aspek perilaku tersebut sesuai dengan fakta yang ada pada diri peserta didik.
5.  Skala lajuan (rating scale) merupakan skala penilaian yang bertujuan untuk menggolongkan atau individu, dengan meminta responden untuk memilih salah satu alternative jawaban yang berbentuk angka atau kuantitatif, dan kemudian evaluator menafsirkan angka-angka tersebut kedalam bentuk deskripsi kualitatif. Dalam rating scale penilaian yang diberikan oleh evaluator berdasarkan pengalaman responden terhadap perilaku atau suatu fenomena tertentu secara spontan
6.  Skala sikap adalah salah satu alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap suatu objek tertentu, yang hasilnya berupa kategori sikap, yakni menyetujui (positif) atau tidak menyetujui (negative). Dalam mengukur sikap, hendaknya memperhaikan tiga komponen sikap yaitu kognisi, afeksi dan konasi. Ada beberapa model dalam penilaian skala sikap, diantaranya model Thurstone, Linkert, dan Osgood
7.  Penilaian berbasis portofolio adalah penilaian untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui kumpulan hasil karya peserta didik selama kegiatan proses pembelajaran.


















Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 1990. Evaluasi Intraksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
___________. 2009. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Djaali dan Pudji Mulyono. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. III
Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Soewandi, A.M. slamet. “Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal. Universitas Sanata darma. Hlm 197-209
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sujana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
___________http://tbp-unj.blogspot.co.id/2011/10/c-macam-macam-instrumen-penilaian-hasil.html
___________http://abyatma.blogspot.co.id/2013/11/instrumen-tes.html
___________http://xerma.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-rating-scale.htm
___________https://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/pengembangan-instrumen-non-tes/




[1] Djuju Sujana. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah; untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006), Hlm. 173
[2] Zainal Arifin, Evaluasi Intraksional Prinsip-Teknik-Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 1990), Hlm. 49
[3] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multi Pressindo, Cet. III, 2009), Hlm. 69-70
[4] Ibid, Hlm. 70-79
[5] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran…….Hlm. 70-71
[6] http://tbp-unj.blogspot.co.id/2011/10/c-macam-macam-instrumen-penilaian-hasil.html
[7] http://abyatma.blogspot.co.id/2013/11/instrumen-tes.html
[8] Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Hlm. 96
[9] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009) Hlm. 164
[10] Slameto, Evaluasi Pendidikan,……….Hlm. 98-99
[11] Ibid, Hlm. 99-100
[12] Djaali dan Pudji Mulyono. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 2007), Hlm. 29-30
[13] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hlm. 77
[14] www.xerma.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-dan-penjelasan-rating-scale.htm
[15] Slameto, Evaluasi Pendidikan,………. Hlm. 101-102
[16] Ibid.,
[17] https://zaimwahid.wordpress.com/2011/09/17/pengembangan-instrumen-non-tes/
[18] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,……, Hlm. 78
[19] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ……., Hlm. 80
[20] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……. Hlm. 160
[21] Slameto, Evaluasi Pendidikan…….Hlm. 126
[22] Ibid,.
[23] Slameto, Evaluasi Pendidikan, ……..Hlm. 125-126
[24] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……Hlm 197
[25] A.M. slamet soewandi. “Penilaian dengan Portofolio”. Jurnal. Universitas Sanata darma. Hlm 197-209
[26] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….Hlm. 198
[27] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….Hlm. 201
[28] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006). Hlm. 76
[29] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….Hlm. 202-203
[30] Zainal arifin. Evaluasi pembelajaran……….Hlm. 205-206
[31] Ibid,
[32] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio……….Hlm 75
[33] Ibid,.
[34] Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. Penilaian Portofolio……….Hlm 75
[35] Ibid, Hlm. 76
[36] Ibid,.

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...