Thursday, 3 December 2015

Model-Model Pengembangan Kurikulum

Dosen pengampu: Drs. Suluri M.Pd



Disusun oleh:

Abdul Rahman               (143111302)
Ainun Anisa                   (143111135)
Hasanudin                      (143111319)
Irwanto                          (143111305)




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SURAKARTA
2015


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat, hidayah, dan inayah-Nya yang tiada terkira, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM”
            Tak lupa kami juga mengucapkan ribuan terimakasih kepada segenap keluarga yang telah banyak memberikan dukungan, kasih, kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun kepada langkah yang lebih baik lagi.
            Meskipun penulis berharap makalah ini terbebas dari kesalahan dan kekurangan namun, masih saja banyak kuranganya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
            Akhir kata penulis berharap, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta,   10 November  2015
Penyusun


DAFTAR ISI
Kata pengantar                                                                                             i
Daftar Isi                                                                                                        ii
BAB I
A.  Latar belakang                                                                                         1
B.  Rumusan masalah                                                                                    2
C.  Tujuan masalah                                                                                        2
BAB II
A.    Pengertian Model Pengembangan Kurikulum                                       3
B.     Model-model pengembangan kurikulum                                               3         
1.      The Administrative (Line Staff) Model                                           4
2.       The Grass Roots Model                                                                  5
3.      Beauchamp’s System                                                                       6
4.      The Demonstration Model                                                               7
5.      Taba’s Model                                                                                   9
6.      Roger’s Interpersonal Relations Model                                           10
7.      The Syistematik Action Research Model                                        11
8.      Emerging Technical Model.                                                             12
BAB III
Kesimpulan                                                                                               14
Daftar Isi













BAB I
A.    Latar Belakang
Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, yakni kurikulum merupakan konsep yang terbuka dengan berbagai gagasan perubahan serta penyesuaian dengan tuntutan idealisme pengembangan peradaban umat manusia. Pada masa ini sangat dapat dipahami dinamika perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat global yang begitu deras mengharuskan terjadinya pengembangan kurikulum pada suatu negara, termasuk Indonesia.
Pengembangan kurikulum  tidak dapat  lepas  dari  berbagai  aspek  yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya,  dan  sosial),  proses  pengembangan,  kebutuhan  peserta  didik,  kebutuhan masyarakat  maupun  arah  program  pendidikan. Aspek-aspek tersebut  akan menjadi bahan  yang perlu  dipertimbangkan  dalam  suatu pengembangan  kurikulum. Model  pengembangan  kurikulum  merupakan  suatu alternatif  prosedur  dalam rangka mendesain, menerapkan, dan  mengevaluasi suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat  menggambarkan  suatu proses  sistem  perencanaan  pembelajaran  yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum, pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut mempunyai satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.





B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Model Pengembangan Kurikulum?
2.      Bagaimana Model-Model Pengembangan Kurikulum?


C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui Apa Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
2.      Mengetahui Model-Model Pengembangan Kurikulum
























BAB II
A.    Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.[1]
Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Banyak model yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model pengembangan kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistic, teknologis dan rekontruksi sosial.

B.     Model-model pengembangan kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum terdapat banyak sekali model-model pengembangan kurikulum diantaranya: The Administrative (Line Staff) Model, The Grass Roots Model, Beauchamp’s System, The Demonstration Model, Taba’s Model, Roger’s Interpersonal Relations Model, The Syistematik Action Research Model dan Emerging Technical Model.



1.      The Administrative (Line Staff) Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model yang paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrative (line staff). Karena inisiatif dan gagasan pengembangan dating dari para administrator pendidikan dan penggunaan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrasi pendidikan (dirjen, direktur, atau kepala kantor wilayah pendidikan dan kebudayaan membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembanagn kurikulum.
Anggota-anggota komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum ini terdiri atas pejabat dibawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan[2].
Tugas tim atau komisi ini adalah:
a.       Menyiapkan rumusan falsasfah
b.      Merumuskan konsep-konsep dasar
c.       Merumuskan landasan
d.      Merumuskan kebijaksanaan
e.       Merumuskan strategi utama 
f.       Merencanakan garis-garis besar kebijaksanaan
g.      Memberikan garis-garis besar kebijaksanaan
h.      Membentuk tujuan umum pendidikan.[3]
Setelah hal-hal yang mendasar ini terumuskan dan mendapatkan pengkajian yang seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim ini terdiri atas para ahli pendidikan/kurikulum,ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-guru bidang studi yang senior.
Tugas dari tim ini adalah:
a.       Merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan umum
b.      Memilih dan menyusun sekeuens bahan pelajaran
c.       Memilih strategi pengajaran dan evaluasi
d.      Serta menyusun pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru.
Setelah semua tugas dari tim kerja pengembang kurikulum, hasil kerja dari komisi ini kemudian dikaji oleh tim pengarah serta para ahli yang kompeten atau penjabat yang kompeten. Selanjutnya diadakan pengakajian tahap selajutnya adalah uji coba. Pelaksanaan uji coba rancangan kurikulum tersebut adalah sebuah komisi yang ditunjuk panitia pengarah yang anggotanya sebagaian besar terdiri dari kepala sekolah. Setelah penelitian uji coba, komisi pengarah menelaah atau mengevaluasi sekali lagi  rancangan kurikulum tersebut baru kemudian memutuskan pelaksanaanya. Apabila sudah diputuskan untuk memakai pengambangan kurikulum maka komisi pengarah pengembangan akan memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut.[4]
Pengembangan kurikulim model adminitratif tersebut menekankan kegiatannya pada orang-orang yang terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Berhubung pengembangan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada Negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara dengan kemampuan tenaga pengajaranya masih rendah.

2.      The Grass Roots Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model yang pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum bukan dating dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru disuatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan kurikulum ini berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum.[5]
Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots, akan lemih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots, di antaranya:
a.       Guru harus memiliki kemampuan yang propesional;
b.      Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyeselaian permasalahan kurikulum;
c.       Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan, dan penentuan evaluasi;
d.      Seringnya pertemuan pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, perinsip, maupun rencana-rancana.[6]

3.      Beuchamp’s model
[7]Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Beuchamp seorang ahli kurikulum. Beaucham mengemukakan ada lima hal didalam pengembangan suatu kurikulum. Diantaranya adalah:
a.       Menetapkan wilayah kerja yang akan dilakukan perubahan kurikulum. Wilayah tersebut dapat terjadi disekolah, kecamatan, kabupaten atau wilayah yang lebih luas lagi.
b.      Menetakan orang-orang yang akan terlibat dalam perubahan kurikulum. Orang-orang tersebut dapat berasal dari pakar kurikulum, maupun pihak-pihak lain yang dapat dilibatkan mengingat kapasitasnya yang mampu untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan kurikulum.
c.       Menetapkan prosedur yang akan ditempuh dalam hal merumuskan tujuan umum, khusus, isi, pengalaman belajar serta evaluasi. Prosedur-prosedur tersebut dapat dibagi menjadi langkah-angkah sebagai berikut:
-          Membentuk tim pengembangan kurikulum
-          Melakukan penilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan
-          Melakukan studi atau pejajakan tentang peneentuan kurikulum baru
-          Merumuskan criteria dan alternative pengembangan kurikulum
-          Menyusun dan menulis kurikulum yang dikehendaki
d.      Implementasi kurikulum, pada tahap ini perlu dipersiapkan segala hal yang dapat berpengaruh terhadap jalannya implementasi kurikulum
e.       Melaksanakan evaluasi kurikulum yang terdiri dari:
-          Evaluasi pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru disekolah
-          Evaluasi terhadap desain kurikulum
-          Evaluasi terhadap keberhasilan anak didik
-          Eevaluasi sistem kurikulum.

4.      The Demotration Model
Model demontrasi pada dasarnya bersifat graas roots datangya dari bawah. Model ini diprakasai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru berkerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikana kurikulum. Model ini hanya berskala kecil model ini hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, suatu komponen atau mencakup keselurahan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kuirkulum yang ada, mendapat tentangan dari banyak pihak.[8]
Menurut Smith, Stanley dan Shores, model demonstrasi dilaksanakan dalam dua bentuk, yakni :
a.       Bentuk pertama, Guru-guru yang diorganisasi dalam kelompok melaksanakan suatu proyek pengembangan eksperimental kurikulum. Unit ini melakukan pengembangan dan riset intemal sekolah, yang bermaksud menghasilkan segmen baru dari kurikulum, lalu dipertunjukan kepada sekolah dengan harapan dapat diserap oleh sekolah secara keseluruhan. Jadi model ini dimulai dan diorganisasi oleh hirarki administratif serta menyajikan suatu variasi model administratifperekayasaan kurikulum.[9]
b.       Bentuk kedua, model demonstrasi disusun kurang formal dibandingkan dengan model pertama. Beberapa orang guru yang tidak puas terhadap kurikulum yang ada kemudian melakukan eksperimen dalam area tertentu dalam kurikulum dengan maksud menemukan altematif pelaksanaan kurikulum. Berdasarkan eksperimen im diciptakan unit-unit kurikulum yang dinilai berhasil oleh suatu regu penelitian dan pengembangan informal dan kemudian diajukan untuk diserap oleh sekolah. Jadi bentuk model demonstrasi ini mewakili pendekatan the Grass Roots untuk merekayasa kurikulum.[10]

Kelebihan model ini antara lain sebagai berikut:
a.       Kurikulum disusun dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulun yang lebih praktis
b.      Perubahan  atau penyempurnaan kurikulum dalam sekala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk ditolak oleh administrator
c.       Penyempurnaan kurikulum dalam sekala kecil dengan model demonstrasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumentasinya bagus tapi pelaksanaannya tidak ada
d.       Model ini yang sifatnya grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan narasumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.[11]
Kelemahan model ini adalah bagi guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-engganan, dalam keadaan terburuk mungkin akan jadi apatisme.[12]

5.      Taba’s Model
Model Taba telah menitik beratkan kurikulum sebagai sebuah proses penyempurnaan. Hilda Taba tidak melakukan penyempurnaan kurikulum secara deduktif. Menurutnya pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaharuan kurikulum. Dengan demikuan, pengembangan dengan model Taba delakukan secara induktif.[13]
Dalam mengembangkan kurikulum model Taba ini ada lima langkah yang harus dilakukan diantaranya:
a.       Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru, dengan cara melalui langkah-langkah sebagai berikut:
-          Mendiagnosis kebutuhan
-          Merumuskan tujuan-tujauan khusus
-          Memilih isi
-          Mengorganisasi isi
-          Memilih pengalaman belajar
-          Mengorganisasi pengalaman belajar
-          Mengevaluasi
-          Melihat sekuens dan keseimbangan.[14]
b.      Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya.
c.       Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh saat uji coba.
d.      Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum.
e.       Mengimplementasikan dan mendeseminasikan kurikulum yang telah teruji. Yaitu menerapkan kurikulum baru pada sekolah-sekolah atau daerah yang lebih luas.[15]

6.      Roger’s Interpersonal Relations Model 
Model ini berasal dari seorang psikolog Carl Rogers. Rogers berasumsi bahwa kurikulum diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap situasi perubahan. Kurikulum yang demikian hanya dapat disusun dan diterapkan oleh pendidik yang terbuka, luwes, dan beriorentasi pada proses. Untuk itu diperlukan pengalaman kelompok untuk melatih hal-hal yang bersifat sensitif. Model pengembangan kurikulum Rogers ini tidak memiliki perencanaan kurikulum yang tertulis, yang ada hanya rangkaian kegiatan kelompok. Dengan berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi kelompok ini individu akan berubah.[16]
[17]Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers yaitu sebagai berikut: 
a.       Pemilihan target dari sistem pendidikan. Dalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesedian dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. Selama satu minggu para administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang relaks, tidak formal.
b.      Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif. Sama seperti para administrator, guru juga turut serta dalam kegiatan kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok sebaiknya bersifat sukarela.
c.       Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk kelas atau unit pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator dari luar
d.      Partisipasi kegiatan orang tua dalam kelompok. Kegiatan ini dikoordinasi oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam tiap sore hari selam seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, dengan anak, dan dengan guru.

7.      The Syistematic Action-Research Model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan tiga hal yaitu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan professional.[18]
Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa guru dan lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana pendidikan, bagaimana anak belajar, bangaimana peranan kurikulum dalam pendidikan dan pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat.[19] Cara untuk mencapai hal itu dengan cara atau prosedur-prosedur sebagai berikut:
1.      Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Dari hasil kajian tersebut dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-cara mengatasi masalah tersebut, serta tindakan pertama yang harus diambil.[20]
2.      Implementasi dari keputusan yang diambil dalam tindakan pertama. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta.[21] Kegiatan pengumpulan data ini mempunya beberapa fingsi diantaranya:
-          Menyiapkan data bagi evaluasi tindakan,
-          Sebagai pemahaman tentang masalah yang dihadapi,
-          Sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi,
-          Sebagai bahan untuk menentukan tindakan yang lebih lanjut.[22]

8.      Emerging technical models
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efesiensi efektifitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarka atas hal-hal sebegai berikut:
a.      The Behavioral Analysis Model
Menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan, suatu perilaku atau kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yag sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai yang sederhana menuju yang lebih kompleks.[23]
b.      The System Analysis Model
Berasal dari gerakan efisiensi bisnis, langkah pertama dari model ini adalah menentukan sepesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua, adalaah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.[24]
c.       The Computer-Based Model
Suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan computer. Pengembangannya dimulai dengan mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pernyataan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam computer.[25]




















BAB III
Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum adalah berbagai bentuk atau model yang nyata dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada.
Banyak model yang dapat digunakan dalam mengembangkan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam sistem pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan desentralisasi. Model pengembangan kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum humanistic, teknologis dan rekontruksi sosial.
Dalam mengembangkan suatu kurikulum setidaknya ada 8 model pengembangan kurikulum antara laian adalah: The Administrative (Line Staff) Model, The Grass Roots Model, Beuchamp’s model, The Demotration Model, Taba’s Model, Roger’s Interpersonal Relations Model , The Syistematic Action-Research Model, dan Emerging technical models.








Daftar Pustaka

Mudlofir, Ali. 2012, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Press
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2004, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya,
https://noerdiandana.wordpress.com/2013/10/19/model-pengembangan-kurikulum
http://dyahandita.blogspot.co.id/2012/04/1.html.



[1] http://www.retcia.com/2011/12/model-model-pengembangan-kurikulum.html
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 161-162.
[3] http://dyahandita.blogspot.co.id/2012/04/1.html.
[4] Ibid,
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 162-163
[6] https://noerdiandana.wordpress.com/2013/10/19/model-pengembangan-kurikulum
[7] Ali Mudlofir A. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) hal, 14-15
[8] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2004), hal, 165
[9] Ibid,.
[10] Ibid,.
[11] Ibid, hal 165
[12] Ibid, hal 166
[13] Ali Mudlofir A. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) hal, 13
[14] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 166
[15] Ali Mudlofir A. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Bahan Ajar Dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2012) hal, 13
[16] https://noerdiandana.wordpress.com/2013/10/19/model-pengembangan-kurikulum
[17] Ibid,
[18] Nana Syaodih Sukmadinata, PENGEMBANGAN KURIKULUM (Teori dan Praktik), (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2004), hal 169
[19] Ibid,
[20] Ibid,
[21] Ibid, hal 170
[22] Ibid,
[23] Ibid,
[24] Ibid,.
[25] Ibid,.

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MAKALAH HADIS TARBAWI ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Dosen Pengampu :                         Muchlis Anshori, S. ...